Injil Matius pasal 18 berisi hukum-hukum
praktis tentang hidup jemaat. Bagaimana seharusnya jemaat bersikap dan
memperlakukan sesama seiman. Roh Kudus menuntun Matius untuk mengumpulkan
ucapan–ucapan (pengajaran) Yesus di berbagai tempat dan kesempatan lalu
menyusunnya menjadi satu rangkaian pengajaran yang berfokus pada kehidupan
jemaat yang dikehendaki Tuhan. Jika kita memperhatikan setting dari pengajaran
yang disusun Matius di sini, alur pemikirannya adalah
berhubungan dengan pengampunan. Inti atau konsep kebenaran dari Yesus yang terdapat disini adalah :
1. Kebesaran sesorang
dalam Kerajaan Allah berbeda dengan kebesaran dalam dunia ini (ayat. 1-5).
Orang besar bagi Allah ditentukan
oleh sikap hati seseorang, yakni
kerendahan hati dan ketergantungannya pada Tuhan.
Untuk membuat kebenaran ini hidup
dan dipahami dengan mudah oleh pendengar-Nya, Yesus mengambil
contoh seorang anak kecil (Yun, paidion,
seorang anak di bawah umur 8 tahun). Perlu diketahui,
bahwa issue “terbesar” dalam masyarakat Yahudi sangat penting. Mereka ketat dengan ukuran strata sosial. Mereka membedakan pandai dan bodoh, kaya dan miskin, tuan dan
budak. Dalam acara-acara Yahudi tempat duduk diatur berdasarkan posisi yang
terbesar. Itulah sebabnya Yesus berkata, kalau engkau diundang ke pesta jangan
duduk di depan nanti datang orang yang lebih
dari anda, akhirnya anda diminta duduk di belakang. Karena issue “terbesar”,
berpengaruh bagi orang Yahudi, murid-murid Yesuspun berdebat “siapa yang
terbesar di antara mereka” (Mark 9:34).
2. Penyesatan (Yun, skandalon) atau kesalahan pasti ada, tidak
dapat dihindari
(ayat 6-11).
Tapi kita semua diminta agar
tidak menjadi penyebab dari orang berbuat salah. Kita dinasehati agar jangan
mendatangkan kesalahan, kesesatan
“menganggap rendah seorang dari anak kecil.” Kata “anak kecil’
di ayat 6, 10, 14, (Yunani = “mikroi”) berarti orang kecil,
orang dewasa yang dianggap kecil karena miskin, bodoh. NIV menterjemahkan “little ones”. Tuhan Yesus mengatakan, orang kecil
itu punya malaekat penjaga yang selalu menghadap Tuhan. Biasanya hanya orang
penting saja (punya jabatan khusus) yang punya akses menghadap raja. Mungkin
saja malaikat penjaga orang kecil adalah malikat yang punya kedudukan penting
dalam surga. Jadi hati-hati, jangan menghina orang kecil.
3. Hati Bapa adalah hati yang
merangkul, mencari dan menyelamatkan yang terhilang, tersesat atau salah jalan (ayat. 12-14).
Bapa di surga tidak menghendaki satu jiwa terhilang, sekalipun dia seorang yamg kecil menurut anggapan dunia. Tugas kita adalah tugas penyelamatan siapapun dan bagaimanapun
buruknya seseorang, kita harus punya hati Bapa Surgawi. Setiap jiwa
sama nilainya bagi Tuhan, baginya Kristus telah mati. Jangan berbuat dosa
mengabaikan pelayanan kepada orang kecil atau arogan secara rohani. Tuhan
memanggil kita bukan untuk mengkritisi, menilai, menghakimi, mempersalahkan
orang yang bersalah melainkan menyelamatkannya. Tuhan mengajar kita agar yang
lebih mulia mau
memberi dan membagi kemuliaan pada yang kurang
mulia. 1 Kor 12 : 21-26. baca.
4. Yesus mengajar kita bersikap
persuasif dan konstruktif terhadap orang yang
bersalah
(ayat 14-20).
Bagaimanapun pendekatan itu, bergantung kepada sikap hati anda (ay. 3-5
). Karena anda punya otoritas “mengikat”
dan “melepaskan”. Menarik untuk memperhatikan kata “pengampunan, mengampuni”
dalam Alkitab berasal dari kata Yunani, “Aphiemi” (Ingg. Forgiveness), berarti melepas (tali) ikatan,
membiarkan pergi, membiarkan pergi bebas. Jadi sekalipun ada pendekatan formal
1,2,3 namun pendekatan formal tersebut bukanlah batasan. Perhatikan kata Yesus: jika ia tidak mau
mendengarkan, “pandanglah
dia sebagai orang yang tidak mengenal Allah atau pemungut cukai,” alias belum bertobat. Jadi tugas kita melayani dan membuat ia bertobat
bukan membuang atau menyisihkannya.
Pertanyaan Petrus dan jawaban
Yesus yang disertai dengan perumpaan, memperjelas dan
memberikan penegasan tentang keberanan-kebenaran yang diajarkan di atas,
yakni, prinsip pengampunan tanpa batas.
Pengampunan tidak diukur dari besar, luas, dalam, lebar dan beratnya
kesalahan seseorang. Pengampunan melampaui segala-galanya. Petrus mengajukan
pertanyaan pada Yesus, mungkin Petrus terpikir dengan pernyataan
Yesus dalam Luk 17:4 dan ia ingin mendapat penegasan kembali. Tetapi jawaban Yesus diluar dugaan : 70 x 7 = 490. Wow, mungkinkah ada orang yang
berbuat salah sebanyak ini dalam sehari (kalau konteksnya Luk 17:4) ? Untuk
meredahkan ketegangan Petrus, Yesus menceritakan sebuah kisah tentang seorang
Raja dengan hambanya yang berhutang 10 ribu talenta. Satu talenta sama dengan
6000 dinar. Satu dinar adalah upah sehari waktu itu. Kalau sekarang upah pekerja Rp 25.000 / hari maka 1 talenta
sama dengan Rp. 150 juta. 10.000 X
150.000.000 = Rp ………. hitung sendiri ..........
Perumpamaan Yesus memberikan pesan penting tentang
pengampunan dan mengampuni. Kita mempunyai Raja yang punya belas kasihan yang
besar. Betapun besarnya kesalahan kita, kalau kita datang dan mengaku pada-Nya
pasti kita menerima pengampuanNya. Seperti hamba yang berhutang 10.000 talenta.
Namun ada kisah sedih dalam perumpaan ini. Orang yang berhutang besar setelah
mendapat pengampunan bertemu dengan “hamba lain” yang berhutang kepadanya hanya
100 dinar namun justru ditangkap dan dipenjarakannya tanpa belas kasihan. Raja
mengetahuinya dan menganggap ini kejahatan besar ….. Perhatikan apa kata Raja: “Hai hamba yang jahat, seluruh
hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. Bukankah engkau
pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau?” Yesus adalah Raja dalam perumpamaan ini.
Seluruh hidup Yesus menyatakan belas kasihan kepada orang berdosa. Dia datang
mengumumkan kemurahan hati Bapa yang mengampuni dosa dan kesalahan manusia.
“Maz. 103:12: “sejauh
timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita.” Yesus datang memberikan pengampunan bagi yang berdosa.
Orang membawa kepada-Nya
perempuan yang berdosa minta supaya dilontar dengan batu. Yesus menjawab, siapa
di antara kalian yang tidak berbuat dosa
silahkan melempari wanita ini. Tak seorangpun yang berani sebab semua berbuat
dosa. Yesus pun mengampuni wanita ini. Tujuan Yesus datang di dunia ini mencari dan
menyelamatkan yang sesat bukan untuk menghukum. Dia datang mengadakan
pendamaian atas dosa-dosa manusia, Dia menyerahkan diri-Nya serta mencurahkan
darah-Nya untuk menebus, menanggung dosa manusia. Dan setelah bangkit dari
antara orang mati, Dia mempercayakan tugas penting bagi murid-murid-Nya untuk
memberitakan kabar pengampunan di dalam nama-Nya (Luk 24:47). Yesus menegaskan, untuk menjadi
murid-Nya kita harus memiliki hati Bapa, hati Kristus. Bersedia mengampuni
setiap orang (Mat. 18:25). Kita diselamatkan dan diutus bukan untuk mempersalahkan yang
salah, menghukum, membuang, menyisihkan yang bersalah tetapi mencari,
menyelamatkan dan memberikan pengampunan bagi mereka. Jadikan pengampunan dan
mengampuni sebagai misi anda! Itu adalah amanat
Kristus. Milikilah hati Kristus, hati yang mengampuni: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka
tidak tahu apa yang mereka perbuat." Demikian doa Yesus di salib. Yesus mengajar murid-muridNya
berdoa “...ampunilah kami akan
kesalahan kami seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah pada kami...” (Mat.
6:12; baca Markus 11 :25,26). Akhirnya, Yakobus 5
:19,20 berkata : “Saudara-saudaraku,
jika ada di antara kamu yang menyimpang dari kebenaran dan ada seorang yang
membuat dia berbalik, ketahuilah, bahwa barangsiapa membuat orang berdosa
berbalik dari jalannya yang sesat, ia akan menyelamatkan jiwa orang itu dari
maut dan menutupi banyak dosa”.
amin.
BalasHapusyuk dengerin khotbah lewat android.
https://play.google.com/store/apps/details?id=com.rohani.kristen.khotbahgembala