Rabu, 28 Agustus 2013

SIKAP HIDUP ORANG KRISTEN


Matius 7:1-12. Menarik untuk diperhatikan bahwa khotbah di bukit ini merupakan rangkaian khotbah yang sangat terstruktur. Di pasal 5 dan 6, Yesus berbicara mengenai diri pribadi atau jati diri orang Kristen, bagaimana orang Kristen harus memiliki watak seperti Kristus. Yesus menetapkan standar karakter yang tinggi bagi pengikut-pengikut-Nya. Orang Kristen harus memiliki karakter yang lebih unggul dari dunia, sehingga terlihat perbedaan antara pengikut Kristus dan yang bukan. Kemudian di pasal 7, Yesus berbicara tentang hubungan orang Kristen dengan orang lain dan Bapa Surgawi. Jika kita memiliki karakter Kristus maka kita harus mempraktekkannya. Dalam teks pembacaan ini ada 3 sikap yang perlu dilakukan seorang pengikut Kristus.

1. Sikap terhadap Saudara Seiman (ayat 1-5,12)

a. Jangan menghakimi (1-5)
Yesus secara khusus mengangkat hal ini karena sikap ini sering kali kita lakukan dan sering kali pula kita tidak sadar bahwa kita sudah melakukannya. Seringkali kita lebih melihat kesalahan atau kekurangan saudara kita yang cuma sedikit namun tidak menyadari kesalahan/kekurangan kita yang banyak.

Pelarangan Yesus untuk menghakimi tidak berarti menutup mata terhadap kesalahan dan kekurangan saudara-saudara kita. Yesus tidak sedang bermaksud menghilangkan sikap kritis kita untuk menyatakan kesalahan orang lain. Pelarangan ini jangan membuat kita menjadi takut untuk menyatakan kesalahan atau memberikan kritikan kepada orang lain jika memang itu perlu untuk dilakukan. Sebaliknya, arti menghakimi adalah:
· Berusaha mencari-cari kesalahan orang lain untuk menjatuhkannya.
· Memberikan cap atau label atau julukan pada seseorang padahal orang itu tidaklah seperti itu. Mungkin memang orang itu pernah melakukan suatu kesalahan, namun tidak menjadi kebiasaannya.
· Menyalahkan atau menuduh seseorang sebelum tahu persoalan yang sebenarnya, lalu memberi hukuman terhadap orang tersebut.
· Menganggap diri selalu benar sedangkan orang lain selalu salah. Sikap-sikap seperti itulah yang dikatakan oleh Yesus sebagai sikap menghakimi.

b. Perlakukan orang lain seperti kita mau diperlakukan (ayat 12)
Pada ayat 1-5, Yesus melarang kita untuk menghakimi dengan mencari-cari kesalahan, menuduh, memberi cap pada orang lain karena kita tidak lebih baik dari orang lain. Kita masih manusia yang masih bisa bersalah karena itu Yesus menasihatkan supaya kita menghargai dan menjaga perasaan sesama kita. Kita tentu mau diperlakukan dengan baik, maka kita harus lebih dahulu bersikap baik dan memperlakukan orang lain dengan baik. Jika kita mau dihargai, kita harus menghargai orang lain. Jika kita mau orang tersenyum kepada kita, tersenyumlah lebih dulu. Jika kita tidak mau dibenci, janganlah membenci orang lain.

Yesus mengatakan bahwa ayat ini merupakan inti dari hukum Taurat. Jika kita sudah melakukan dan mempraktekkannya maka kita sudah melakukan hukum Taurat. Jadi marilah kita memperlakukan saudara-saudara kira sebagaimana kita mau diperlakukan.

2. Sikap terhadap ”anjing” dan ”babi”
Sepintas mendengar ucapan ini kita bisa kaget karena terkesan sangat kasar, padahal sebelumnya Yesus menganjurkan kita untuk bersikap baik terhadap orang lain. Tentu ada alasan Yesus mengatakan hal demikian. Salah satu alasannya adalah karena Yesus adalah pribadi yang jujur dan tidak suka kompromi. Jika ya, dikatakan ’ya’, jika tidak dikatakan ’tidak’. Yesus bersikap baik terhadap orang lain namun dalam kasus-kasus tertentu yang bersifat prinsipil dalam hubungannya dengan kebenaran, Yesus bersikap tegas tanpa kompromi. Di beberapa bagian Injil terdapat perkataan Yesus yang keras. Yesus dengan berani mengatakan Herodes Antipas sebagai ’serigala’ karena kejahatannya (Lukas 13:32), Yesus menyebut ahli Taurat dan orang Farisi ’kuburan yang dilabur putih’ dan ’keturunan ular beludak’ (Mat. 23:27,33) karena kemunafikan mereka.

Kita memang tidak boleh menghakimi, menuduh, mencari-cari kesalahan orang lain tetapi jika ada terjadi kesalahan janganlah disembunyikan atau kompromi. Lalu siapakah yang disebut Yesus sebagai ’anjing’ dan ’babi’? Kata ’anjing’ ini tidak sama dalam Matius 15:26 (perempuan Kanaan). Anjing dalam Mat 15:26 adalah sejenis anjing peliharaan yang disayangi tuannya, tetapi dalam teks ini, anjing yang dimaksudkan adalah anjing liar yang jorok yang berkeliaran di jalan dan hidup dengan makan sampah. Babi adalah binatang haram bagi orang Yahudi dan juga binatang yang senang mengorek-ngorek tanah dengan mulutnya. Kedua binatang ini menggambarkan orang yang menolak dan melecehkan Firman Tuhan, lalu menghina dan mengejek Tuhan. Sedangkan mutiara menggambarkan berita Injil. Kedua kata ini tidaklah ditujukan kepada seorang pencuri atau perampok atau penjahat lainnya, namun ditujukan kepada seorang yang dengan sadar memandang remeh Injil atau Firman Tuhan. Bisa jadi dia adalah seorang yang terhormat dalam masyarakat, orang yang kaya, namun tidak mau menerima Firman, malah menolak dan menghina Allah terang-terangan. Kepada orang seperti inilah Yesus melarang kita untuk terus memberitakan Injil.

Jadi sikap kita terhadap orang seperti ini adalah jika kita sudah memberitakan Injil namun ia terus menolak bahkan melecehkan Injil, maka jangan lagi beritakan Injil kepadanya karena ia malah akan semakin merendahkan martabat Injil dan menghina Allah.

3. Sikap terhadap Bapa di Surga (ay. 7-11)
Setelah mengajarkan sikap terhadap sesama, maka Yesus beralih kepada hubungan dengan Bapa di surga. Dalam teks ini secara khusus menyorot hubungan dengan Bapa dalam hal pengabulan doa. Frasa ini menunjukkan suatu kedekatan yang erat antara anak dan Bapa dimana sebagai anak kita harus menjalin hubungan yang erat dengan Bapa dalam doa supaya kita dimampukan melakukan perintah-Nya.

Ketika kita mengharapkan sesuatu dari Bapa, Yesus mengajarkan untuk ”mintalah..., carilah..., dan ketoklah....” maka Bapa pasti akan memberi yang terbaik. Hal berdoa ini sangat sederhana tetapi mengandung unsur yang sangat penting yang harus kita ketahui dan lakukan:
a. Pengetahuan. Bapa akan memberi sesuai dengan kehendak-Nya karena itu kita harus tahu apa yang menjadi kehendak-Nya agar doa kita dikabulkan. Cara untuk mengetahui adalah belajar dan merenungkan Firman-Nya serta bersekutu erat dengan-Nya.
b. Iman. Jika kita sudah mengetahui kehendak Bapa maka unsur lain yang perlu ada adalah iman. Kita harus mengimani dan sungguh-sungguh percaya maka pasti Dia akan mengabulkan doa kita sesuai kehendak-Nya.
c. Keinginan. Kita tahu kehendak Bapa, kita mengimani bahwa Bapa pasti memberi, dan memang itu sangat kita inginkan atau butuhkan, percayalah Bapa pasti akan memberikannya.

Marilah kita memiliki sikap yang benar dalam berhubungan dengan sesama kita dan teristimewa dalam hubungan kita dengan Bapa di surga.


Sabtu, 17 Agustus 2013

RAHASIA MENJADI BESAR

Markus 10:35-45. Teks ini dibuka dengan permintaan dua orang murid Yesus yaitu Yakobus dan Yohanes. Kedua murid ini cukup unik dalam keseharian mereka. Keduanya adalah orang yang bersemangat dan cukup meledak-ledak dalam emosi sehingga terkadang bertindak menurut emosi mereka. Mungkin karena sifat inilah yang membuat mereka dijuluki Boanerges (anak guruh). Keduanya meminta untuk berada di sebelah kanan dan kiri Yesus dalam Kerajaan Surga. Atau dengan kata lain keduanya ingin menjadi yang terkemuka atau yang terbesar di antara murid yang lain. Besar dalam hal ini bukanlah besar secara fisik namun yang dimaksudkan adalah besar dalam arti dihargai, disanjung, dihormati, dipuji, lebih dari orang lain. Keinginan untuk menjadi besar adalah juga keinginan semua manusia, karena hal ini merupakan salah satu sifat dasar manusia.

Sikap Yesus dalam meresponi pertanyaan kedua murid-Nya ini sangat bijak. Yesus tidak menolak ataupun menerima begitu saja tetapi Yesus memberikan gambaran bahwa untuk menjadi besar dan terkemuka tidak bisa diperoleh dengan mudah, ada hal yang harus dilakukan untuk itu. Melalui jawaban Yesus kita bisa mengetahui apa rahasia untuk menjadi seorang yang besar dan terkemuka. Ini jugalah yang dilalui oleh Yesus sehingga Ia menjadi pribadi yang terkemuka.

1. Rela Berkorban (Bayar Harga) - ayat 45.
Jawaban yang Yesus berikan kepada Yakobus dan Yohanes adalah suatu hal yang sedang dijalani oleh Yesus. Sebenarnya sebagaimana kita ketahui bahwa Yesus adalah penguasa alam semesta dan Raja di atas segala raja yang terkemuka di surga dan di bumi. Namun Ia rela berkorban masuk ke dunia ini mati untuk menebus dosa manusia dan untuk menjadi teladan bagi manusia. Pengorbanan Yesus bukanlah suatu hal yang mudah dalam perwujudan-Nya sebagai manusia yang terbatas dalam banyak hal namun Ia mau melakukan semua itu. Dan seandainya Yesus membatalkan pilihan-Nya untuk mati di kayu salib, tentulah itu adalah musibah besar bagi manusia dan juga bahwa Yesus tidak akan dikenang sebagai seorang yang besar dan terkemuka yang layak dipuja dan disembah. Namun karena pengorban-Nya, Ia menjadi seorang tokoh yang paling besar dan terkenal di dunia ini.

Yesus memberikan teladan bagi kita, bahwa untuk menjadi yang terkemuka ada harga yang harus dibayar. Itu adalah hukum alam yang Tuhan telah tetapkan bagi manusia. Jika seseorang ingin berhasil, punya kedudukan tinggi sehingga dihormati dan dipuji banyak orang, maka ia haruslah tekun dalam bekerja dengan giat bukan bermalas-malasan. Seorang yang malas tidak akan mungkin berhasil dan dihormati.

Yakobus dan Yohanes menyanggupi jawaban Yesus bahwa untuk menjadi besar mereka harus minum cawan penderitaan. Hal itu terbukti dalam kehidupan mereka. Yakobus menjadi target utama Herodes untuk dibunuh, sedangkan Yohanes harus menderita dalam pembuangan di pulau Patmos. Hal ini menunjukkan bahwa mereka adalah orang-orang yang terkemuka dan diakui kebesaran mereka oleh orang-orang pada zamannya.

2. Menjadi Pelayan / Hamba - ayat 43,44
Menjadi pelayan atau hamba yang dimaksud adalah suatu tindakan yang dipilih dengan bebas tanpa paksaan dan dengan penuh kesadaran. Hal ini telah dilakukan oleh Yesus ketika Ia membasuh kaki murid-murid-Nya. Tindakan ini dilakukan dengan kesadaran penuh tanpa ada paksaan. Yesus mengajarkan demikian dan Ia pun melakukannya. Itu rahasia kedua dari Yesus untuk menjadi besar dan terkemuka.
               
Menjadi hamba untuk memperoleh kedudukan terkemuka sangat berbeda dengan pandangan dunia, dimana dunia mengatakan yang besar adalah bos dan pelayan yang terkecil. Namun Yesus menegaskan bahwa untuk menjadi yang terbesar, kita harus mau dan rela menjadi pelayan dari semua. Seorang pelayan/hamba adalah seorang yang aktifitasnya tidak terpusat pada diri sendiri melainkan pada orang lain. Makna dari kata-kata Yesus ini sebenarnya mengarah ke sikap hati kita. Apapun pekerjaan kita baik itu atasan maupun bawahan, baik bos ataupun pelayan, semua bergantung pada sikap hati kita, kerendahan hati kita. Itu sebabnya Yesus memberi contoh dalam Matius 18:1-5, bahwa seorang yang besar harus menjadi seperti anak kecil yang hatinya penuh dengan kepolosan, ketulusan tanpa kepura-puraan dan kebohongan, hati yang mau berkorban bagi orang lain.
               
Orang yang besar selalu mengutamakan kepentingan orang banyak. Seorang yang besar tidak mencari keuntungan bagi dirinya sendiri. Itulah yang dilakukan oleh Yesus selama berada di dunia ini. Ukuran kebesaran seseorang bukanlah kedudukan tinggi, bukan kekayaan tetapi ukurannya lebih kepada seberapa besar orang itu mau berkorban dan melayani orang lain.





               



Selasa, 13 Agustus 2013

DICARI: Orang yang Sungguh-sungguh Mengasihi Yesus (Yohanes 21:15-25)

Ada banyak lowongan pekerjaan yang tersedia dalam perusahaan Allah. Jika perusahaan di dunia membutuhkan pekerja dengan sederet daftar kriteria, Allah hanya mencari orang-orang dengan satu kriteria, yaitu “Sungguh-sungguh mengasihi Yesus.”  Dalam teks ini, Yesus bertanya kepada Petrus sebayak 3 kali untuk mengecek kesungguhan hatinya dalam mengasihi Yesus. Pertanyaan ini sebenarnya bukan saja ditujukan kepada Petrus tetapi kepada semua murid yang lain dan kita semua, orang-orang yang telah dikasihi-Nya.

Yesus menghendaki kasih kita kepada-Nya adalah kasih yang penuh, kasih yang utuh dan tidak terbagi. Kasih yang bagaimanakah itu?

1. Kasih yang Mengandung Tanggung Jawab (ay. 15-17)

Setelah Petrus menyatakan bahwa ia mengasihi Yesus, kemudian Yesus berkata, “Gembalakanlah domba-domba-Ku!” Kasih yang abstrak harus diwujudkan dengan sikap yang bertanggung jawab dalam menunaikan tugas pelayanan. Tuhan mempercayakan pekerjaan-pekerjaan khusus kepada orang-orang yang mengasihi Dia. Masing-masing dengan tugasnya sendiri-sendiri.

Ketika Petrus bertanya kepada Yesus tentang Yohanes pada ayat 20-22, Yesus menjawab, tidak usah menghiraukan tugas yang diberikan kepada orang lain. Yang harus dilakukan Petrus adalah melakukan tugasnya dengan penuh tanggung jawab. Dan Petrus telah membuktikannya sejak dia dipulihkan Tuhan sampai akhir hayatnya. Dia menjadi martir karena melakukan tugasnya.

Apakah kita dapat membuktikan bahwa kita adalah orang-orang yang bertanggung jawab dalam menunaikan tugas pelayanan yang dipercayakan kepada kita? Jikalau kita sungguh-sungguh mengasihi Dia, kita dapat melakukannya dengan penuh tanggung jawab.

2. Kasih yang Mengandung Pengorbanan (ay.18-19)

Yesus sedang berkata tentang konsekwensi yang akan diterima Petrus sebagai akibat dari tindakan mengasihi Tuhannya dengan sungguh-sungguh, yaitu salib atau penderitaan. Memang kasih belum menjadi kasih yang sesungguhnya sampai ada korban yang diberikan sebagai bukti kasih itu sendiri. Jika kita mengatakan kita mengasihi seseorang, sudah pasti kita akan berkorban untuk orang tersebut.

Sebagaimana perkataan Tuhan Yesus, begitu jugalah akhir hidup Petrus. Ia telah membuktikan kata-katanya sendiri kepada Tuhannya, “Benar Tuhan, Engkau tahu bahwa aku mengasihi Engkau.”  Sebelum hidupnya berakhir, ia telah menasihati dan mendorong orang-orang percaya yang digembalakannya agar bertahan dan setia dalam penderitaan yang mereka alami karena Kristus. Ia mendorong kita semua untuk mengikuti teladan Kristus yang telah membuktikan kasih-Nya kepada manusia dengan memikul salib, menanggung hukuman dosa yang seharusnya ditanggung oleh kita sendiri, orang-orang yang berdosa.

Pertanyaan bagi kita adalah apakah buktinya kita mengasihi Dia dengan sungguh-sungguh? Petrus dan rekan-rekannya, orang-orang di China dan di tempat-tempat lain telah membuktikan kasih mereka, mengorbankan hidup mereka karena Kristus, bagaimana dengan kita? Yesus mencari orang yang mengasihi Dia dengan sungguh-sungguh.

“Kita dapat melayani Dia tanpa mengasihi Dia,
tetapi kita tidak dapat mengasihi Dia
tanpa melayani Dia.”




Sabtu, 10 Agustus 2013

PELUANG

Peluang merupakan suatu keadaan di mana seseorang bisa melakukan sesuatu atau sesuatu bisa terjadi. Peluang sama dengan kesempatan yang merupakan suatu waktu yang sangat berharga. Itu sebabnya kita harus jeli melihat setiap peluang dalam kehidupan kita secara pribadi. Kita harus cepat tanggap, ketika kita melihat ada peluang untuk melakukan sesuatu yang baik, cepat ambil peluang itu sekecil apapun itu. Jika kita melewatkan peluang sekalipun kecil kita akan mengalami kerugian karena kesempatan tidak pernah terulang dua kali pada waktu, tempat dan situasi yang sama.

Orang-orang Yunani kuno sangat menghargai kesempatan atau peluang itu sehingga mereka tidak pernah melewatkan setiap peluang yang ada sekecil apapun itu. Bagi mereka, peluang yang baik tidak sering datang sehingga ketika mereka melihat satu peluang mereka akan berusaha dengan sekuat tenaga untuk mengambil peluang itu. Orang Yunani kuno sangat mendewakan peluang sehingga mereka menggambarkan dewa peluang seperti seorang tua yang pendek, gemuk, kepala gundul dengan sedikit rambut di ubun-ubun kepalanya dan badannya licin. Untuk menangkap dewa peluang tidak mudah karena dia berlari sangat cepat dan badannya yang licin menyulitkan orang untuk menangkapnya. Itu sebabnya orang yang ingin menangkap dewa itu harus selalu bersiaga di tempat-tempat di mana dewa itu akan melintas dan kemudian menangkapnya dengan cepat dengan cara memegang rambut di ubun-ubunnya. Penggambaran ini merujuk kepada pemahaman bahwa kesempatan itu bisa cepat datang namun juga cepat menghilang jika kita tidak segera menangkapnya. Karena itu kita harus selalu bersiap untuk mengambil setiap kesempatan yang ada.

Ada beberapa hal tentang peluang yang akan kita pelajari bersama sebagai umat Tuhan:

1. Semakin kecil peluang, semakin besar kuasa Tuhan yang akan dinyatakan (1 Samuel 17:12-39, Hakim 7).
Alkitab memberikan banyak contoh mengenai suatu situasi di mana kelihatannya para tokoh Alkitab hanya mempunyai peluang kecil untuk melakukan sesuatu yang baik bahkan kelihatan tidak mungkin bisa melakukan apa-apa. Contoh yang paling familiar buat kita adalah Daud. Sebagai seorang anak yang masih muda dengan pekerjaan sebagai gembala domba dan bukan sebagai prajurit, sangatlah tidak masuk di akal untuk bisa menjadi raja Israel (1 Samuel 16:1-13). Contoh lain dari Daud adalah ketika dia harus melawan Goliat (1 Samuel 17:12-39). Semua orang yang ada di medan pertempuran memandang kecil Daud karena fisiknya dan pekerjaannya. Bagi mereka tidak ada peluang sama sekali bagi Daud untuk bisa mengalahkan Goliat. Namun ketika Daud mendatangi Goliat dengan nama Tuhan, maka Tuhan menunjukkan kuasa-Nya sehingga Daud mampu mengalahkan Goliat.

Contoh lain adalah Gideon (Hakim 7). Ketika orang Israel harus menghadapi orang Midian, Tuhan melakukan sesuatu yang luar biasa. Awalnya Gideon membawa pasukan sebanyak 32.000 orang namun Tuhan menyuruh untuk menseleksi sehingga tinggal 300 prajurit untuk menghadapi pasukan orang Midian yang puluhan ribu banyaknya. Menurut strategi peperangan orang Israel mempunyai peluang yang sangat kecil untuk bisa menang bahkan mungkin tidak ada peluang sama sekali. Tetapi dalam keadaan itu Tuhan menyatakan kuasa-Nya dengan sangat luar biasa dan bangsa Israel menang atas bangsa Midian.

Terkadang kita melihat peluang yang ada sangat kecil sehingga kita tidak mau mengambil peluang itu. Atau mungkin peluang itu sebenarnya besar namun kita tidak berani untuk mengambilnya karena kita melihat diri kita kecil dan tidak mampu. Kita lupa bahwa ada satu Pribadi yang sanggup menolong kita. Semakin kita merasa lemah dan tidak mempunyai kemampuan seharusnya kita semakin bergantung kepada Tuhan sehingga kuasa Tuhan dinyatakan dengan luar biasa. Jika kita merasa lemah jangan kuatir, karena justru dalam kelemahan kita kuasa Tuhan akan dinyatakan dengan sempurna (2 Kor 12:9).

Karena itu ketika ada peluang untuk melayani Tuhan dengan talenta yang kita miliki, ambil itu dan jangan tolak. Kesempatan tidak datang dua kali. Jangan simpan talenta kita dan tidak menghasilkan apa-apa. Percayalah, Tuhan akan memberi kekuatan dan kemampuan bagi kita yang mau melayani. Dan jika ada di antara kita yang masih sering menolak ketika diberi kesempatan untuk melayani Tuhan, bertobatlah sekarang!! Jangan sampai kita tidak mendapat kesempatan lagi untuk melayani Tuhan. Itu kerugian besar buat kita.

2. Setiap peluang selalu ada resiko (1 Samuel 19:9-10,2 Raja 7:4).
Daud yang masih muda dipilih oleh Tuhan  menjadi raja. Daud tidak menolak kesempatan yang diberikan kepadanya. Namun mengembil peluang menjadi raja bagi Daud tidaklah mulus jalannya. Dia harus menghadapi Saul yang menjadi iri kepadanya. Daud dikejar-kejar oleh Saul yang ingin membunuhnya (1 Samuel 19:9-10). Daud tahu bahwa peluang yang diambilnya mempunyai resiko kehilangan nyawa tetapi dia tetap melakukannya dengan pertolongan dari Tuhan.

Contoh lain adalah ke 4 orang kusta di dalam 2 Raja 7:4. Mereka memasuki kota musuh yang datang memerangi Israel. Mereka tahu bahwa ada peluang di kota itu untuk kelangsungan hidup mereka namun resikonya adalah kehilangan nyawa. Ke 4 orang kusta tersebut berani mengambil resiko itu dan hasil yang mereka dapatkan luar biasa. Tidak hanya kehidupan mereka saja yang diselamatkan tetapi seluruh bangsa Israel yang saat itu sedang dalam kelaparan.

Kita pun sering diperhadapkan dengan hal yang demikian. Ketika kita melhat ada peluang bagi kita, terlihat juga bahwa ada resiko yang menyertainya. Namun kita jangan terpengaruh dengan hal itu. Tetap maju meraih peluang itu dan percaya bahwa Tuhan senantiasa akan menyertai kita (Yeremia 29:11-14).

3. Pendelegasian peluang / membuka peluang bagi orang lain
Peluang dalam kehidupan manusia tidak sama satu dengan yang lain. Terkadang seseorang sepertinya mempunyai peluang lebih banyak dan lebih besar dari orang lain, namun janganlah kita menjadi serakah dengan peluang-peluang yang datang kepada kita. Mari kita membuka peluang bagi orang lain. Satu contoh nyata dalam Kisah 9:19b-30. Ketika Saulus  sudah bertobat, banyak yang tidak percaya kepadanya, tetapi satu seorang murid yaitu Barnabas memberi kesempatan kepadanya sehingga ia dapat diterima kembali dalam lingkup orang-orang percaya.

Saudara, janganlah kita menyia-nyiakan satupun peluang dalam hidup kita, sekalipun kecil. Terlebih peluang yang diberikan kepada kita untuk melayani Tuhan karena Tuhan akan memakai peluang itu untuk menyatakan kuasa-Nya dengan luar biasa. Pakai peluang itu untuk mengembangkan talenta yang Tuhan telah percayakan kepada kita. Satu peluang kecil akan membawa kita kepada peluang yang lebih besar.

Kita juga harus menyadari bahwa setiap peluang ada resiko karena itu kita harus terus bergantung kepada Tuhan. Dan jadilah orang orang yang mau membuka peluang bagi sesama kita.





Sabtu, 03 Agustus 2013

APAKAH KEBAHAGIAAN ADALAH MUNGKIN ?

Kebahagian adalah suatu keadaan dimana seseorang merasa tentram dan terbebas dari hal-hal yang menyusahkan. Semua orang pasti menginginkan kebahagiaan. Itu sebabnya orang-orang melakukan berbagai macam cara untuk memperoleh kebahagiaan itu. Ada yang menganggap bahwa kedudukan dapat memberinya kebahagiaan sehingga dia berusaha untuk mendapatkan kedudukan yang tinggi. Ada yang mencoba mencari kebahagiaan dengan menumpuk harta benda. Ada yang menganggap kebahagiaan adalah ketika dia dipuja-puja banyak orang. Namun pada kenyataannya, hal-hal seperti itu tidaklah membawa kebahagiaan. Ada yang kaya tetapi selalu khawatir memikirkan hartanya, ada yang berkedudukan tinggi tetapi mempunyai banyak masalah, ada yang terkenal tetapi tidak mempunyai kebebasan pribadi karena selalu menjadi sorotan publik.

Dengan melihat kenyataan seperti itu, maka muncullah pertanyaan dalam benak kita, “Mungkinkah kebahagiaan itu bisa kita miliki?” Jawabannya adalah bisa, namun kita harus tahu bagaimana caranya untuk memperoleh kebahagiaan itu? Untuk memperoleh kebahagiaan, ada beberapa hal yang diperlukan :

1. Penyebab untuk Hidup (Filipi 1:21)
Surat Filipi adalah sebuah surat yang dikatakan surat kiriman penjara karena ditulis saat Paulus berada dalam penjara. Dalam pelayanannya, Paulus banyak mengalami kesulitan, dia dipenjara, dihina, didera, disiksa dan banyak lagi penderitaan yang dialaminya. Namun di tengah kesulitan yang dialaminya itu, Paulus tidak kehilangan sukacita dan kebahagiaan. Kata ”sukacita” yang banyak tertulis dalam kitab ini memperlihatkan bahwa Paulus selalu dalam keadaan berbahagia di tengah penderitaan yang dialaminya. Dalam penderitaan yang dialaminya, Paulus mengatakan ”Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” Paulus memperoleh kebahagiaan karena dia tahu apa penyebab dia hidup, yaitu YESUS.

2. Teladan untuk Diikuti (Filipi 2:5)
Paulus mengatakan bahwa hidupnya untuk Kristus. Itu berarti bahwa Paulus menjadikan Yesus sebagai teladan dalam hidupnya sehingga ia mengikuti Yesus dengan segenap hatinya. Bagi Paulus tidak ada teladan lain selain Yesus yang sanggup memberikan kebahagiaan kepadanya.

Di dunia ini ada banyak orang dan nabi yang menjadi pemimpin dan diteladani banyak orang yang diharapkan dapat memberikan kebahagiaan. Namun hanya YESUS saja yang sanggup memenuhi semua itu . Yesus mengatakan, ”Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yoh. 14:6). Yesus tidak hanya menunjukkan jalan saja tetapi Dia-lah jalan itu. YESUS tidak berusaha untuk menjadi sama dengan Allah karena Dia sendiri adalah Allah (Yoh 17:21-22). YESUS mengatakan bahwa siapapun yang percaya kepada-Nya akan memperoleh hidup kekal di surga (Yoh. 3:16). Pemimpin yang diteladani di dunia ini tidak menjanjikan dengan pasti suatu kebahagiaan, hanya YESUS saja yang sanggup memberikan kebahagiaan itu. Contohi dan ikutilah DIA.

3. Tujuan untuk Hidup (Filipi 3:12-14)
Seseorang dapat memperoleh kebahgiaan jika ia tahu apa tujuannya hidup di dunia ini. Paulus memperoleh kebahagiaan karena ia tahu tujuan hidupnya. Paulus tahu bahwa dia hidup untuk memperoleh hadiah surgawi yaitu keselamatan dalam Yesus Kristus. Dan dia yakin bahwa Yesus telah menyediakan mahkota kehidupan di surga untuknya (2 Tim 4:8). Karena keyakinannya itu, Paulus menganggap pencobaan-pencobaan yang dialaminya sebagai suatu kebahagiaan (Yak. 1:2).

4. Sumber untuk Memenuhi Semua Kebutuhan (Filipi 4:19)
Banyak orang selalu berusaha mencari uang dan harta untuk memenuhi segala kebutuhan mereka. Mereka menganggap banyak berkat jasmani akan memberi kebahagiaan. Namun mereka sering kali melupakan siapa sumber berkat itu. Untuk memperoleh kebahagiaan kita perlu tahu dan memiliki sumber yang akan memenuhi segala kebutuhan kita. Sumber itu adalah YESUS.

Semua orang menginginkan kebahagiaan namun tidak semua bahkan hanya sedikit yang memperolehnya. Karena itu, jika ingin memperoleh kebahagiaan, kita harus tahu penyebab kita hidup. Kita harus mempunyai seseorang sebagai contoh. Kita harus tahu tujuan hidup kita. Kita harus memiliki sumber yang akan memenuhi segala kebutuhan kita. Dan semuanya itu hanya didapatkan dalam YESUS KRISTUS.



Kamis, 01 Agustus 2013

Kami Saksi Iman (Ibrani 11)

Iman Kristen sangat sederhana dan praktis dibanding dengan agama-agama lain. Setiap agama punya tata cara tertentu untuk menyembah allahnya. Kekristenan tidak punya cara tertentu yang ditetapkan untuk menyembah Tuhan.  Dalam kekeristenan setiap orang dapat menjadi besar secara rohani. Sebab Iman Kristen dibangun di atas hubungan pribadi dengan Pribadi Agung yaitu; Tuhan Yesus Kristus. Hubungan pribadi tidak mengenal senioritas. Hidup rohani terbuka bagi pria dan wanita tanpa dibatasi oleh umur seseorang. Banyak tokoh-tokoh iman dalam Alkitab adalah anak-anak muda yang berumur belasan tahun alias masih remaja. Yusuf, Daud, Sadrak, Mesak, Abednego dan Daniel adalah beberapa dari deretan panjang dari nama-nama anak muda remaja yang merupakan saksi iman yang luar biasa. Iman adalah respons kita pada pribadi Kristus dan Firman-Nya. Kesederhanaan iman inilah yang ditampilkan kepada kita oleh penulis Ibrani. Penulis Ibrani tidak memperkenalkan orang-orang yang sempurna dengan prestasi yang luar biasa. Yang ditulisnya adalah orang-orang biasa yang telah percaya kepada Tuhan dan menanggapi Firman-Nya dengan positif, menaatinya tanpa syarat. Nama-nama yang disebutkan di sini, beberapa di antaranya bukanlah orang-orang yang hebat. Perhatikanlah, yang ditekankan dalam kepahlawanan iman mereka bukan perbuatan-perbuatan mereka yang besar melainkan hubungan dan respons mereka kepada Firman Tuhan tanpa menghitung harga pengorbanannya.

Iman dan ketaatan kepada Tuhan yang membuat Allah tertarik dan senang. Inilah yang menjadi dasar penilaian Allah terhadap manusia. (Nampaknya, bila kita tiba di surga kita akan terkejut melihat bahwa banyak orang yang kita salut dan menganggap besar di dunia ternyata di surga mereka orang kecil). Iman adalah dasar hidup rohani (ay. 1,2,6), tuntutan utama untuk menghampiri Allah dan menerima perkenan-Nya. Kisah penciptaan harus diterima dengan iman. Hal-hal sederhana jika dilakukan atas dasar iman, sesuai dengan Firman Tuhan, itu besar bagi Tuhan. Itulah yang disampaikan kepada kita melalui saksi-saksi iman. Jika kita membaca dan memperhatikan dengan seksama, hidup dari saksi-saksi iman, mereka semua memiliki kesamaan dalam kehidupan.

1.       Hal-hal utama yang mereka kejar dalam hidupnya adalah perkara-perkara yang kekal, bukan hal-hal materi.
Banyak di antara mereka adalah orang yang secara materi kaya namun fokus hidup mereka bukan pada kekayaaan dan kesenangan dunia ini. Mereka melihat kekayaan sebagai karunia Tuhan untuk melayani dan memberkati orang lain. Mereka semua rendah hati, setia dan taat pada Tuhan. Mereka semua bersaksi bahwa mereka adalah orang asing di dunia ini dan merindukan tanah air yang kekal (ay13,14).

2.       Mereka semua bersaksi bahwa surga adalah rumah mereka.
Sebuah kota yang dibangun oleh Allah (ay.10,16). Rumah di bumi ini hanya sementara. Kita dapat membangunnya dengan megah tetapi tidak akan memilikinya untuk selamanya. Sebaliknya, anda mungkin tidak punya rumah yang tetap dan baik di bumi ini, tetapi bersukacitalah, sebab anda punya rumah kekal di surga, haleluyah! Kerinduan ini membuat mereka tetap bersemangat dan tidak berkecil hati sekalipun dihadapkan kepada berbagai kesulitan dan kekurangan.

3.    Mereka semua percaya kepada Allah dan pelaku Firman-Nya tanpa syarat.
Mereka begitu menghormati Tuhan dan Firman-Nya. Mereka berani melakukan Firman Tuhan tanpa bertanya-tanya. Mereka hidup dekat dengan Tuhan. Doa, pujian,dan penyembahan kepada Allah adalah gaya hidup mereka. Mereka semua dikenal sebagai orang yang bergaul karib dengan Tuhan. Tidak ada yang dapat menggoyahkan iman mereka.

4.   Mereka semua adalah orang yang pantang menyerah, ulet dan biasa dalam kesulitan dan bersedia mati karena Tuhan.
Sekalipun mereka tidak menerima apa yang dijanjikan, banyak doa dan kerinduan mereka tidak terpenuhi mereka tetap setia sebab mereka tahu bahwa pada akhirnya mereka menerima dan memiliki sesuatu yang “lebih baik” (ay. 35b-40).








Rabu, 31 Juli 2013

PENGAMPUNAN (Matius 18 : 21-35)

Injil Matius pasal 18 berisi hukum-hukum praktis tentang hidup jemaat. Bagaimana seharusnya jemaat bersikap dan memperlakukan sesama seiman. Roh Kudus menuntun Matius untuk mengumpulkan ucapan–ucapan (pengajaran) Yesus di berbagai tempat dan kesempatan lalu menyusunnya menjadi satu rangkaian pengajaran yang berfokus pada kehidupan jemaat yang dikehendaki Tuhan. Jika kita memperhatikan setting dari pengajaran yang disusun Matius di sini, alur pemikirannya adalah berhubungan dengan pengampunan. Inti atau konsep kebenaran dari Yesus yang terdapat disini adalah :


1. Kebesaran sesorang dalam Kerajaan Allah berbeda dengan kebesaran dalam dunia ini (ayat. 1-5).
Orang besar bagi Allah ditentukan oleh sikap hati seseorang,  yakni kerendahan hati dan ketergantungannya pada Tuhan.
Untuk membuat kebenaran ini hidup dan dipahami dengan mudah oleh pendengar-Nya, Yesus mengambil contoh seorang anak kecil (Yun, paidion, seorang anak di bawah umur 8 tahun). Perlu diketahui, bahwa issue “terbesar” dalam masyarakat Yahudi sangat penting. Mereka ketat dengan ukuran strata sosial. Mereka membedakan pandai dan bodoh, kaya dan miskin, tuan dan budak. Dalam acara-acara Yahudi tempat duduk diatur berdasarkan posisi yang terbesar. Itulah sebabnya Yesus berkata, kalau engkau diundang ke pesta jangan duduk di depan nanti datang orang yang lebih dari anda, akhirnya anda diminta duduk di belakang. Karena issue “terbesar”, berpengaruh bagi orang Yahudi, murid-murid Yesuspun berdebat “siapa yang terbesar di antara mereka” (Mark 9:34).


2. Penyesatan (Yun, skandalon) atau kesalahan pasti ada, tidak dapat dihindari (ayat 6-11).
Tapi kita semua diminta agar tidak menjadi penyebab dari orang berbuat salah. Kita dinasehati agar jangan mendatangkan kesalahan, kesesatan  “menganggap rendah seorang dari anak kecil.” Kata “anak kecil’ di ayat 6, 10, 14, (Yunani = mikroi”) berarti orang kecil, orang dewasa yang dianggap kecil karena miskin, bodoh. NIV menterjemahkan “little ones”. Tuhan Yesus mengatakan, orang kecil itu punya malaekat penjaga yang selalu menghadap Tuhan. Biasanya hanya orang penting saja (punya jabatan khusus) yang punya akses menghadap raja. Mungkin saja malaikat penjaga orang kecil adalah malikat yang punya kedudukan penting dalam surga. Jadi hati-hati, jangan menghina orang kecil.


3. Hati Bapa adalah hati yang merangkul, mencari dan menyelamatkan yang terhilang, tersesat atau salah jalan (ayat. 12-14).
Bapa di surga tidak menghendaki satu jiwa terhilang, sekalipun dia seorang yamg kecil menurut anggapan dunia. Tugas kita adalah tugas penyelamatan siapapun dan bagaimanapun buruknya seseorang, kita harus punya hati Bapa Surgawi. Setiap jiwa sama nilainya bagi Tuhan, baginya Kristus telah mati. Jangan berbuat dosa mengabaikan pelayanan kepada orang kecil atau arogan secara rohani. Tuhan memanggil kita bukan untuk mengkritisi, menilai, menghakimi, mempersalahkan orang yang bersalah melainkan menyelamatkannya. Tuhan mengajar kita agar yang lebih mulia mau memberi dan membagi kemuliaan pada yang kurang mulia. 1 Kor 12 : 21-26. baca.


4. Yesus mengajar kita bersikap persuasif dan konstruktif terhadap orang yang bersalah (ayat 14-20).
Bagaimanapun pendekatan itu, bergantung kepada sikap hati anda (ay. 3-5 ).  Karena anda punya otoritas “mengikat” dan “melepaskan”. Menarik untuk memperhatikan kata “pengampunan, mengampuni” dalam Alkitab berasal dari kata Yunani, “Aphiemi” (Ingg. Forgiveness),  berarti melepas (tali) ikatan, membiarkan pergi, membiarkan pergi bebas. Jadi sekalipun ada pendekatan formal 1,2,3 namun pendekatan formal tersebut bukanlah batasan. Perhatikan kata Yesus: jika ia tidak mau mendengarkan, “pandanglah dia sebagai orang yang tidak mengenal Allah atau pemungut cukai, alias belum bertobat. Jadi tugas kita melayani dan membuat ia bertobat bukan membuang atau menyisihkannya.

Pertanyaan Petrus dan jawaban Yesus yang disertai dengan perumpaan, memperjelas dan memberikan penegasan tentang keberanan-kebenaran yang diajarkan di atas, yakni, prinsip pengampunan tanpa batas.  Pengampunan tidak diukur dari besar, luas, dalam, lebar dan beratnya kesalahan seseorang. Pengampunan melampaui segala-galanya. Petrus mengajukan pertanyaan pada Yesus, mungkin Petrus terpikir dengan pernyataan Yesus dalam Luk 17:4 dan ia ingin mendapat penegasan kembali. Tetapi  jawaban Yesus diluar dugaan : 70 x 7 = 490. Wow, mungkinkah ada orang yang berbuat salah sebanyak ini dalam sehari (kalau konteksnya Luk 17:4) ? Untuk meredahkan ketegangan Petrus, Yesus menceritakan sebuah kisah tentang seorang Raja dengan hambanya yang berhutang 10 ribu talenta. Satu talenta sama dengan 6000 dinar. Satu dinar adalah upah sehari waktu itu. Kalau sekarang upah pekerja Rp 25.000 / hari maka 1 talenta sama dengan  Rp. 150 juta. 10.000 X 150.000.000 = Rp ………. hitung sendiri ..........

Perumpamaan Yesus memberikan pesan penting tentang pengampunan dan mengampuni. Kita mempunyai Raja yang punya belas kasihan yang besar. Betapun besarnya kesalahan kita, kalau kita datang dan mengaku pada-Nya pasti kita menerima pengampuanNya. Seperti hamba yang berhutang 10.000 talenta. Namun ada kisah sedih dalam perumpaan ini. Orang yang berhutang besar setelah mendapat pengampunan bertemu dengan “hamba lain” yang berhutang kepadanya hanya 100 dinar namun justru ditangkap dan dipenjarakannya tanpa belas kasihan. Raja mengetahuinya dan menganggap ini kejahatan besar ….. Perhatikan apa kata Raja: “Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau?”  Yesus adalah Raja dalam perumpamaan ini. Seluruh hidup Yesus menyatakan belas kasihan kepada orang berdosa. Dia datang mengumumkan kemurahan hati Bapa yang mengampuni dosa dan kesalahan manusia. “Maz. 103:12: “sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita.” Yesus datang memberikan pengampunan bagi yang berdosa.

Orang membawa kepada-Nya perempuan yang berdosa minta supaya dilontar dengan batu. Yesus menjawab, siapa di antara kalian yang tidak  berbuat dosa silahkan melempari wanita ini. Tak seorangpun yang berani sebab semua berbuat dosa. Yesus pun mengampuni wanita ini. Tujuan Yesus datang di dunia ini mencari dan menyelamatkan yang sesat bukan untuk menghukum. Dia datang mengadakan pendamaian atas dosa-dosa manusia, Dia menyerahkan diri-Nya serta mencurahkan darah-Nya untuk menebus, menanggung dosa manusia. Dan setelah bangkit dari antara orang mati, Dia mempercayakan tugas penting bagi murid-murid-Nya untuk memberitakan kabar pengampunan di dalam nama-Nya (Luk 24:47). Yesus menegaskan, untuk menjadi murid-Nya kita harus memiliki hati Bapa, hati Kristus. Bersedia mengampuni setiap orang (Mat. 18:25). Kita diselamatkan dan diutus bukan untuk mempersalahkan yang salah, menghukum, membuang, menyisihkan yang bersalah tetapi mencari, menyelamatkan dan memberikan pengampunan bagi mereka. Jadikan pengampunan dan mengampuni sebagai misi anda! Itu adalah amanat Kristus. Milikilah hati Kristus, hati yang mengampuni: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Demikian doa Yesus di salib. Yesus mengajar murid-muridNya berdoa ...ampunilah kami akan kesalahan kami seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah pada kami...” (Mat. 6:12; baca Markus 11 :25,26). Akhirnya, Yakobus 5 :19,20 berkata : “Saudara-saudaraku, jika ada di antara kamu yang menyimpang dari kebenaran dan ada seorang yang membuat dia berbalik, ketahuilah, bahwa barangsiapa membuat orang berdosa berbalik dari jalannya yang sesat, ia akan menyelamatkan jiwa orang itu dari maut dan menutupi banyak dosa”.






Selasa, 30 Juli 2013

TUHAN SENANG, KITA SENANG (Imamat 1 : 1-9)

Prinsip korban dalam Imamat dan PL secara keseluruhan adalah menyenangkan hati Tuhan. Dalam perjanjian baru, korban PL digenapi dalam & oleh Kristus yang mempersembahkan diri-Nya sebagai korban yang sempurna, sekali untuk selamanya dan memuaskan/menyenangkan hati Tuhan.
Jika kita ingin menyenangkan hati Tuhan ada dua hal penting yang harus diperhatikan dalam Alkitab :
· Allah memandang hati.
· Allah mengutamakan relationship (hubungan), bukan ritual keagamaan.

Bill Brigth, seorang pemimpin rohani yang berpengaruh mengatakan, “Allah mencari orang-orang yang bersedia dibentuk oleh Roh Kudus untuk menjadi seperti Kristus. Dan ia membuat daftar apa yang disebutnya sebagai “Sonship character“ atau dapat juga disebut  “Sonship Attitude.“  (sikap hati seorang anak Tuhan sejati). Sonship attitude tersebut  sebagai berikut :

1. Walaupun diperlakukan kasar, dibenci, dicaci maki dan dikhianati, namun tidak  menjadi pahit.
Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu."(Mat. 5:11,12). Kristus adalah contoh yang terbaik (1 Petrus 2 : 23).  


2. Walaupun miskin, namun tidak suka mengeluh
Kemiskinan bukalah dosa. Bukan sesuatu yang luar biasa. Juga bukan bukti kekurangan iman atau ukuran iman sesorang . Kitab Ibr 11 menullis orang-orang miskin sebagai tokoh iman (11: 35b – 40). Ada banyak sebab kemiskinan. Dan yang dicela oleh Alkitab adalah kemiskinan yang disebabkan oleh kemalasan. Jika anda telah berusaha dan hidup anda belum beruntung, bersyukurlah, tetap berusaha dan percaya akan anugrah, Pemeliharaan-Nya dan kesanggupan-Nya untuk memenuhi kebutuhanmu. “Sukses bukan soal kekayaan, bukan soal kuasa, bukan soal kesehatan, bukan soal tercapainya sebuah cita-cita, bukan soal nomor satu, bukan soal bebas dari permasalahan. Bukan soal sesuatu yang bersifat materi melainkan sesuatu yang bernilai kekal.”
 “Lebih baik pergi ke surga dengan pakaian usang
Daripada ke neraka dengan pakaian dari sulaman.” (Thomas Fuller).

3. Walaupun kaya, namun tidak menjadi tamak
Allah senang umat-Nya diberkati, Allah berjanji membuka pintu-pintu langit dan mencurahkan berkat. Masalahnya ada banyak orang Kristen yang betul2 rohani kalau mereka miskin (banyak berdoa). Sebaliknya kalau ia jadi kaya lupa berdoa, tidak punya waktu ibadah. Pepatah Perancis berkata : ”Penderitaan menciptakan manusia. Kekayaan menciptakan monster.” Syukurlah banyak orang yang seperti Abraham diberkati dan menjadi saluran berkat. Mereka kekuatan besar bagi kerajaan Allah dan pelayanan dalam gereja lokal.


 4. Walaupun tidak mendapat balasan, namun tetap mengasihi
Yesus mengajar kita melakukan yang sulit yaitu mengasihi musuh. Apakah kita mengasihi mereka yang menggosipkan kita ?  Apakah kita mulai tidak menyukai orang itu sebab ia tidak menghargai kebaikan kita ? Apapun alasannya, Yesus menyuruh kita mengasihi (1 Yoh 4 :19-21).

5. Walaupun tidak terkenal, namun tidak mengasihani diri 
Mengasihani diri adalah penghancur kekuatan dan tenaga kita. Yesus tidak mengajar kita meratapi diri tetapi melihat diri kita sebagaimana Allah melihat. Kita adalah imam dan Raja, dipersiapkan untuk menerima kemuliaan Allah (Rom 8 :18; 2 Kor 4:16-18). Kita adalah orang besar, dikawal oleh pasukan balatentara surga. Mengapa ? Sebab kita anak  Allah – pangeran surga. Bergembiralah .....

6. Walaupun belum mencapai cita-cita, namun tetap puas dengan yang Tuhan telah berikan.
Ini adalah perjuangan iman dalam dunia yang tamak ini. 1 Tim 6:7-9 mengajar kita agar puas dengan yang ada. Jangan terjebak dalam nafsu kekayaan yang membinasakan. Filsafat Bolak balik  mengatakan : ”Masih muda, korbankan kesehatan cari harta; Sudah tua, korbankan harta cari kesehatan. Karena harta orang asing menjadi seperti saudara; Karena harta saudara jadi seperti orang asing. Orang kaya mampu membeli ranjang enak, tapi nggak bisa tidur enak (stress …).  Orang miskin nggak mampu beli ranjang enak, tapi bisa tidur enak (capek jadi kuli). Orang kaya punya duit buat foya-foya, tapi nggak punya waktu. Orang miskin punya waktu buat foya-foya, tapi nggak punya duit.  Masih muda pingin jadi kaya biar nikmati kekayaan. Udah kaya nggak punya waktu nikmatin kekayaan; sekali punya waktu buat nikmatin kekayaan, udah keburu tua nggak ada tenaga.” Bersyukurlah dan bijaklah mengelola apa yang kita dapat! Kata orang bijak; “Succses is to get whatever you want, happiness is to love whatever you got.”

7. Walaupun tinggal di tengah dunia yang gelap dan rusak, namun tetap hidup kudus.
Kita harus jadi seperti ikan laut. Walupun tinggal, makan dan minum di air asin, namun tidak menjadi asin. 1 Tes 4:1-7 mewajibkan kita hidup kudus karena kita dipanggil untuk hidup kudus.

“Tuhan memberikan lebih banyak berkat untuk hidup kudus daripada untuk talenta besar.
Seorang pelayan yang kudus adalah senjata yang dahsyat di tangan Tuhan.” (Madame G.).


8. Walaupun sering melihat kesalahan orang lain, namun tidak menghakimi.
Yesus melarang kita mengeritik / menghakimi orang dengan alasan apapun. Menghakimi adalah hak prerogatif Allah. Kita diminta untuk mendoakan, menasehati, menolong, membimbing orang yang bersalah bukan menghakiminya. (Mat 7 : 1,5). Ketika orang membawa perempuan yang berzinah pada Yesus, ia berkata : ”Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu."  Yesus melarang keras murid-murid-Nya menghakimi.

9. Walaupun di tengah sorak tepuk tangan pujian orang banyak, namun tetap rendah hati.
” Seorang yang cakap namun rendah hati  seperti perhiasan yang nilainya sama dengan sebuah kerajaan” (Wiliam Pene).

10. Walaupun berulang kali jatuh, namun tetap bangkit (2 Kor 4:7-9).
Kemungkinan gagal dan jatuh terbuka bagi siapa saja dan telah menjadi pengalaman semua orang. Jika ditanya semua orang yang sukses, mereka semua berkata pernah bahkan berulang kali mengalami kegagalan. Namun jika gagal dan jatuh, bangkit dan coba lagi. Jangan pernah menyerah. Anda ditopang oleh tangan Tuhan ( Maz 37: 23,24; Ams. 24:16 ). Yang luar biasa, sikap hati keputraan ini (Sonship character) bukan saja membuat hati Allah senang, tetapi juga membuat hati orang percaya  AMAN & TENTRAM. Orang yang tidak percaya, kondisi hatinya fluktuatif bergantung pada situasi. Sebaliknya orang percaya kondisi hatinya stabil, dipelihara oleh damai sejahtera yang melampaui segala akal, karena bergantung kepada Allah yang selalu dapat diandalkan.







Sabtu, 27 Juli 2013

BERKAT DI BALIK KEMELUT (Roma 8:29-30)

Setelah kota London terbakar, raja Inggris menugaskan seorang arsitek besar bernama Christofer Ramm membangun kembali gereja St. Paul yang megah. Ukiran yang besar dan bagus dipasang kira-kira 8 meter tingginya dari tanah. Ada seorang yang mengukir salah satu hiasan di situ dan berdiri pada tempat yang tinggi dari gereja itu. Ia sedang memandang hasil ukirannya yang baru saja selesai. Tetapi secara tak sadar, ia memandangi ukiran itu sambil berjalan mundur setapak demi setapak sampai berada di ujung papan pembatas. Jika ia mundur setapak lagi, ia pasti jatuh dan mati. Seorang rekannya melihat bahwa posisi temannya sangat berbahaya. Dia bermaksud menolong, tetapi jika ia berteriak memperingatkan kemungkinan teriakannya akan membuat rekannya malah jatuh. Akhirnya tidak ada cara lain selain ia mengambil kuas seorang yang sedang mengecat dinding dan merusak ukiran tersebut. Pada waktu ukiran itu kena cat, si pengukir amat marah dan langsung menghampiri rekannya yang merusak ukirannya dan bermaksud memukulnya. Tetapi rekannya itu menunjukkan tempat si pengukir itu berdiri. Akhirnya, si pengukir sadar bahwa rekannya telah menyelamatkan nyawanya.

Demikian juga dengan Allah kita. Kadang Ia “merusak” gambaran yang kita idam-idamkan, mengambil orang yang kita cintai dan mengizinkan hal-hal yang sulit dalam hidup kita. Cara Tuhan seringkali melawan logika dan cara pikir manusia, tatapi justru cara itu adalah cara terbaik yang mendatangkan kebaikan buat kita. Dari teks pembacaan kita dalam Roma 8:26-30, ada kebenaran penting yang dapat kita ambil yaitu bahwa Allah mempunyai rencana yang mendatangkan kebaikan dalam setiap kemelut hidup orang-orang yang mengasihi-Nya. Pada ayat-ayat sebelumnya kita menemukan bahwa semua makhluk berada dalam kondisi mengeluh dan sakit seperti sakit bersalin (ay. 18). Inilah gambaran kondisi kemelut hidup yang harus dilalui oleh segala makhluk, temasuk kita yang telah menerima karunia Allah.

Dalam ayat 26-30, Paulus memberitahukan bahwa Allah masih mengontrol kehidupan anak-anak-Nya untuk mendatangkan kebaikan. Dalam menanggapi kata kebaikan diri, kita cenderung menafsirkan dari sudut pandang kesenangan jasmani (bebas dari penyakit, punya uang cukup, dll). Padahal justru dalam konteks ini Paulus menguraikan secara tepat dalam ayat 29, yaitu untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya. Keserupaan dengan Kristuslah yang dimaksud dengan kebaikan di sini. Dalam 1 Yoh. 2:6 dikatakan: “Barang siapa mengatakan bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.”

Bagi Paulus, segala sesuatu yang menjadikannya lebih menyerupai Kristus itu baik. Tanpa memperhatikan dampak terhadap kenyamanan ataupun kesenangannya. Kenyataannya, keserupaan dengan Kristus tidak selamanya berarti hidup makmur di tengah-tengah kesenangan materi. Karena itu Paulus menekankan berita penting ini dengan satu kalimat: Allah mempunyai rencana yang mendatangkan kebaikan dalam setiap kemelut hidup orang-orang yang mengasihi-Nya.
               
Bagaimana cara Allah mendatangkan kebaikan dalam setiap kemelut?

1. Dengan bekerja secara UTUH dalam setiap kemelut hidup orang-orang yang mengasihi-Nya.
Keutuhan pekerjaan Allah itu tersirat dalam anak kalimat : ‘Allah turut bekerja dalam segala sesuatu.’ Rasul Paulus menyatakan segala hal sama dengan penderitaan zaman sekarang, misalnya sakit, kehilangan orang yang dikasihi, harapan tidak tercapai, adalah satu paket yang Allah izinkan terjadi untuk mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihi Dia. Peristiwa-peristiwa dalam hidup kita tidaklah terlepas satu dengan yang lainnya. Semuanya serasi, jalin menjalin untuk membentuk keserupaan kita dengan Kristus. Ibarat seorang pelukis yang mencampur berbagai warna untuk menghasilkan lukisan yagn indah. Segala sesuatu diizinkan dan direncanakan Allah untuk tujuan-tujuan yang bijaksana. Tidak sedetikpun ia meninggalkan campur tangan-Nya dalam hidup kita. Pada ayat 26-27, Paulus menguraikan mengenai pekerjaan Roh Kudus dalam hidup orang yang mengasihi Tuhan.
  
2. Dengan bekerja secara AKTIF dalam setiap kemelut hidup orang-orang percaya yang mengasihi-Nya
Orang-orang yang mengasihi Allah akan melihat bahwa Allah selalu sibuk bekerja dalam segala keadaan bahkan di dalam peristiwa-peristiwa yang paling menyakitkan hati kita. Misalnya, pengalaman hidup Yusuf. Dia tidak bersalah tetapi harus dipenjara untuk sesuatu yang tidak ia lakukan. Seandainya Yusuf dibela ketika dianiaya oleh saudara-saudaranya, dia tidak akan jadi penguasa di Mesir. Andai Yusuf dibela ketika difitnah istri Potifar, dia akan tetap jadi budak. Tetapi Allah mengizinkan semua kejadian tersebut. Memang menyakitkan, tapi itu semua untuk kebaikan Yusuf dan bangsa Israel.

Allah mempunyai rencana yang mendatangkan kebaikan. Rencana ini berlaku terbatas, tidak untuk umum. HANYA bagi mereka yang mengasihi Allah dan yang dipanggil sesuai rencana-Nya atau dalam terjemahan asli :  “orang-orang yang mengasihi Allah yang menurut rencana Allah adalah orang-orang terpanggil. Roma 8:28 ini dapat diterjemahkan sebagai berikut: “Tidak ada yang dapat merugikan mereka yang sungguh-sungguh mengasihi Allah. Sebaliknya, segala hal yang menimpa mereka akan membantu mereka untuk mencapai keselamatan karena hal itu meneguhkan iman dan mengikat mereka erat-erat pada Kristus. Ialah yang membuat segala sesuatu mendatangkan kebaikan karena Dialah yang berkuasa atas segala sesuatu.



KUNCI KEBERHASILAN (Nehemia 1-7, 13)

Pada zaman Nehemia, bangsa Israel mengalami penjajahan oleh bangsa Persia. Sebagian besar orang-orang Israel diangkut ke Persia dan dijadikan sebagai pekerja. Masih ada orang Israel yang terhindar dari penawanan dan tetap tinggal di Yerusalem namun keadaan mereka sangat menyedihkan. Disebutkan bahwa mereka berada dalam kesukaran besar dan dalam keadaan tercela. Tembok Yerusalem terbongkar dan pintu-pintu gerbangnya telah terbakar (1:3).

Nehemia yang bekerja sebagai juru minuman raja Persia, Artahsasta, mendengar hal itu dan ia sangat bersedih dan berkabung akan keadaan saudara-saudaranya di Yerusalem. Ketika mendengar itu, timbul keinginan dalam hati Nehemia untuk menolong bangsanya dan membangun kembali tembok Yerusalem yang telah rusak. Itu bukanlah suatu pekerjaan ringan karena mereka (Nehemia & bangsanya) adalah orang-orang tawanan yang sudah tentu tidak memiliki biaya yang cukup untuk pekerjaan tersebut. Namun itu tidak menghalangi tekad Nehemia untuk membangun kembali bangsanya yang sedang mengalami masa-masa keterpurukan. Pada akhirnya Nehemia mampu mewujudkan keinginannya itu.

Apa yang dilakukan oleh Nehemia sehingga ia berhasil melakukan pekerjaan besar itu?
  
1. Berpuasa & Berdoa (1:4).
            Hal pertama yang dilakukan oleh Nehemia ketika mendengar bahwa saudara sebangsanya mengalami kesukaran besar bukanlah duduk merenung dan hanya bersedih saja tetapi yang dilakukannya adalah berpuasa dan berdoa. Nehemia tahu bahwa ia tidak mampu sendiri untuk menolong saudaranya itu sebabnya dia datang kepada Tuhan memohon belas kasihan Tuhan atas bangsanya. Kesungguhan Nehemia untuk menolong bangsanya didengarkan oleh Tuhan.

2. Kepedulian terhadap Sesamanya (1:1-2:8)
            Nehemia bukanlah seorang yang egois dan mementingkan diri sendiri (5:18). Sebagai juru minuman raja, Nehemia berada pada posisi yang cukup nyaman. Namun hal itu tidaklah membuat Nehemia lupa akan saudaranya, ia tetap mengingat dan peduli kepada saudara sebangsanya.

3. Organisator yang Baik (2:11-20; 3; 4)
            Proyek yang ditangani Nehemia adalah proyek besar dan membutuhkan seorang yang mampu mengorganisir para pekerja dan juga dana dengan baik agar proyek pembangunan tersebut berhasil. Dan Nehemia mampu memimpin dan mengatur orang-orang sebangsanya untuk melakukan pekerjaan besar membangun kembali tembok yang telah rusak (psl 3). Ketika ada ancaman dari Sanbalat, Nehemia berhasil mengatasinya dengan strategi pertahanan yang baik (psl 4). Di bawah kepemimpinan Nehemia, tidak ada perselisihan dan protes terhadap pengaturan Nehemia, semua bekerja dengan baik sesuai porsi kerja masing-masing.

4. Berani Menegakkan Keadilan (5:1-18)
            Ketika Nehemia mendengar bahwa di antara orang-orang Yehuda sendiri terjadi ketidak-adilan, Nehemia berani untuk menuntut keadilan kepada para pemuka dan penguasa di Yerusalem. Banyak orang ketika melihat ketidakadilan, mereka hanya diam saja karena takut  akan mengancam posisi mereka. Tetapi Nehemia tidak hanya diam saja, dia dengan berani angkat bicara dan akhirnya orang-orang Yehuda yang merampas milik sesamanya mengembalikan rampasan mereka dan mereka kemudian bekerja sama kembali.

5. Peka terhadap Keadaan (6:1-19)
            Sebuah proyek besar akan menghadapi tantangan yang besar juga. Demikian pula dengan proyek yang dikerjakan oleh Nehemia. Ada pihak-pihakyang tidak senang dengan pembangunan tersebut dan berusaha untuk menghalangi, sekalipun orang-orang tersebut kelihatannya bersahabat. Mereka mengajak Nehemia untuk berunding  namun Nehemia memiliki kepekaan sehingga ia tahu maksud mereka yang sebenarnya mau mencelakakan Nehemia.

6. Menjaga Kekudusan (psl 13)
            Ketika pembangunan tembok Yerusalem telah selesai, kepemimpinan Nehemia terganggu oleh pihak-pihak yang tidak setia terhadap hukum Tuhan. Mereka mencemari rumah Tuhan (ay. 4-8), melanggar kekudusan hari Sabat (ay 18), dan melakukan kawin campur (ay 23-25). Namun Nehemia menentang semua itu dan menegakkan kembali hukum Tuhan di tengah-tengah bangsa Israel. Nehemia tidak hanya berhasil membangun kembali tembok Yerusalem, dia juga berhasil menjadi seorang pemimpin yang disegani.






Jumat, 26 Juli 2013

HAMBA (Matius 24 :45 – 51)

Yesus mengutarakan cerita ini dalam hubungan dengan peristiwa-peristiwa eskatologis. Tidaklah berlebihan untuk menganggap bahwa kisah ini lebih diperjelas dalam perumpamaan tentang Talenta. Kalau dalam cerita Talenta disebutkan 3 hamba yang mendapat modal kerja berbeda-beda. Dalam teks kita Yesus membagi hamba - hamba dalam dua kelompok. Pertama, hamba yang baik. Kedua, hamba yang jahat. Tidak ada abu-abu. Jadi dalam pandangan Allah manusia itu  hanya terdiri atas dua kelompok. Yang masuk surga dan yang masuk neraka, yang selamat dan yang akan binasa, yang baik dan yang jahat. Sebab memang hanya ada dua tempat Surga atau Neraka. Hanya ada dua jalan, lebar dan sempit.  

Marilah, kita belajar bagaimana menjadi hamba yang baik. Sudah tentu kita semua ingin diterima dan disambut dalam kekekalan dengan pujian dan penghargaan. Dan hal ini hanya terjadi jika kita sekalian benar-benar hidup sebagai hamba yang baik. Hamba yang sejati adalah:

1.    SEORANG YANG TIDAK PUNYA HAK ATAS DIRINYA
Metafor “Hamba” populer digunakan dalam Alkitab untuk menggambarkan peran aktif (bukan posisi) umat Tuhan dalam pelayanan. Seorang hamba tidak punya wewenang lagi atas dirinya sebab ia telah dibeli oleh pemiliknya. Hidupnya bukan miliknya lagi. Demikian juga anda dan saya sebagai umat Tuhan. Firman Allah berkata di dalam Kristus hidup kita telah dibeli dengan harga yang mahal dan lunas dibayar oleh Kristus (1 Kor 6:20; 1 Petr.1:18,19). Jadi hidup anda bukan milik anda lagi melainkan milik Tuhan Yesus - Dia mau agar kita memuliakan Dia dengan seluruh keberadaan kita.

2.    SEORANG PEKERJA / PELAYAN
Tidak ada hamba yang menganggur, semua hamba punya tugas / pekerjaan yang diberikan atau dipercayakan tuannya kepadanya. Kalau ia menganggur itu bukan hamba. Semua anak Tuhan adalah “HAMBA” Tuhan. Jadi anda harus hidup sebagai seorang hamba - bekerja dan melayani Tuhan sesuai dengan kapasitas anda.

3. SEORANG YANG DIATUR / TUNDUK PADA OTORITAS
Tidak ada hamba yang memilih, mengatur, dan menentukan jenis pekerjaan sesuai keinginannya. Semua hamba tahu bahwa ia diatur dan  tunduk pada otoritas. Ia tidak akan menolak jika tuannya menyuruh melakukan pekerjaan, apapun pekerjaan tersebut. Sebab kemuliaan dan kebesaran serta nilai seorang hamba terletak pada ketundukan pada tuannya. Hamba yang demikian mendapat pujian dan penghargaan dari tuanya.

4.     SEORANG YANG PUNYA MAJIKAN / PEMIMPIN
Tidak ada hamba freelance. Tidak ada hamba non-majikan. Tidak ada hamba professional / berdiri sendiri dalam Firman Allah. “ Pelayanan tanpa penaklukan diri pada otoritas kepemimpinan (penggembalaan) adalah melayani diri sendiri, melayani ego pribadi, melayani kehendak, ambisi dan nafsu manusianya yang arogan. Pelayanan Perjanjian Baru beroperasi di bawah kepemimpinan - penggembalaan.

Orang yang tidak mau berada di bawah kepemimpinan, melanggar FIRMAN. Sebab Allah mengangkat pemimpin dalam gereja-Nya dan memerintahkan umat-Nya untuk tunduk dan menghormati pemimpinnya. Jika anda tidak punya gembala / pemimpin rohani, anda sedang mendurhaka kepada Tuhan. Saya respek dengan semua hamba Tuhan tetapi saya tidak tertarik dengan mereka yang non-majikan. Ingat, menurut Tuhan Yesus, keterlibatan anda secara aktif dalam melayani : berdoa kencang, bernubuat, mengusir setan, mengadakan banyak mujizat, tidak menjamin anda diterima dan disambut di sorga (Mat. 7 :21-23). Kuncinya adalah apakah anda melakukan kehendak Allah atau tidak.

Ada 3 kehendak yang beroperasi di dunia ini : 1. Kehendak Allah.  2. Kehendak Setan. 3. Kehendak manusia. Musuh yang paling berat bukanlah setan tetapi diri sendiri. Banyak orang terjebak dengan kehendaknya sendiri. Anda akan dihakimi dan pekerjaan anda akan diuji berdasarkan kebenaran Firman Allah yang tertulis ( Yoh. 12:48,49). Pastikanlah bahwa anda melayani dibawah kepemimpinan penggembalaan. Pilihlah satu gereja yang Alkitabiah dan bergabunglah dengan gereja tersebut, dedikasikan diri anda untuk melayani Tuhan dengan taat dan setia dibawah kepemimpinan penggembalaan, itulah hamba yang baik dan berkenan kepada Tuhan.

5. HAMBA AKAN MENERIMA PENGHARGAAN JIKA MELAKUKAN PEKERJAAN TEPAT SEPERTI KEINGINAN TUANNYA
 "Siapakah hamba yang setia dan bijaksana, yang diangkat oleh tuannya atas orang-orangnya untuk memberikan mereka makanan pada waktunya?  Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya” (ay. 45-47) .






SIKAP HIDUP ORANG KRISTEN

Matius 7:1-12 .  Menarik untuk diperhatikan bahwa khotbah di bukit ini merupakan rangkaian khotbah yang sangat terstruktur. Di pasal 5 dan...