Setelah kota London terbakar, raja Inggris menugaskan seorang
arsitek besar bernama Christofer Ramm membangun kembali gereja St. Paul
yang megah. Ukiran yang besar dan bagus dipasang kira-kira 8 meter tingginya
dari tanah. Ada seorang yang mengukir salah satu hiasan di situ dan berdiri
pada tempat yang tinggi dari gereja itu. Ia sedang memandang hasil ukirannya
yang baru saja selesai. Tetapi secara tak sadar, ia memandangi ukiran itu
sambil berjalan mundur setapak demi setapak sampai berada di ujung papan
pembatas. Jika ia mundur setapak lagi, ia pasti jatuh dan mati. Seorang
rekannya melihat bahwa posisi temannya sangat berbahaya. Dia bermaksud menolong, tetapi jika ia berteriak
memperingatkan kemungkinan teriakannya akan membuat rekannya malah jatuh. Akhirnya
tidak ada cara lain selain ia mengambil kuas seorang yang sedang mengecat
dinding dan merusak ukiran tersebut. Pada waktu ukiran itu kena cat, si
pengukir amat marah dan langsung menghampiri rekannya yang merusak ukirannya
dan bermaksud memukulnya. Tetapi rekannya itu menunjukkan tempat si pengukir
itu berdiri. Akhirnya, si pengukir sadar bahwa rekannya telah menyelamatkan
nyawanya.
Demikian juga dengan Allah kita. Kadang Ia “merusak” gambaran yang
kita idam-idamkan, mengambil orang yang kita cintai dan mengizinkan hal-hal
yang sulit dalam hidup kita. Cara Tuhan seringkali melawan logika dan cara
pikir manusia, tatapi justru cara itu adalah cara terbaik yang mendatangkan
kebaikan buat kita. Dari teks pembacaan kita dalam Roma 8:26-30, ada kebenaran
penting yang dapat kita ambil yaitu bahwa Allah mempunyai rencana yang
mendatangkan kebaikan dalam setiap kemelut hidup orang-orang yang
mengasihi-Nya. Pada ayat-ayat sebelumnya kita menemukan bahwa semua makhluk
berada dalam kondisi mengeluh dan sakit seperti sakit bersalin (ay. 18). Inilah
gambaran kondisi kemelut hidup yang harus dilalui oleh segala makhluk, temasuk kita yang telah menerima karunia Allah.
Dalam ayat 26-30, Paulus memberitahukan bahwa Allah masih
mengontrol kehidupan anak-anak-Nya untuk mendatangkan kebaikan. Dalam
menanggapi kata kebaikan diri, kita cenderung menafsirkan dari sudut pandang
kesenangan jasmani (bebas dari penyakit, punya uang cukup, dll). Padahal justru
dalam konteks ini Paulus menguraikan secara tepat dalam ayat 29, yaitu untuk
menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya. Keserupaan dengan Kristuslah yang
dimaksud dengan kebaikan di sini. Dalam 1 Yoh. 2:6 dikatakan: “Barang siapa mengatakan bahwa ia ada di
dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.”
Bagi Paulus, segala sesuatu yang menjadikannya lebih menyerupai
Kristus itu baik. Tanpa memperhatikan dampak terhadap kenyamanan ataupun
kesenangannya. Kenyataannya, keserupaan dengan Kristus tidak selamanya berarti
hidup makmur di tengah-tengah kesenangan materi. Karena itu Paulus menekankan
berita penting ini dengan satu kalimat: Allah mempunyai rencana yang
mendatangkan kebaikan dalam setiap kemelut hidup orang-orang yang
mengasihi-Nya.
Bagaimana cara Allah mendatangkan kebaikan dalam setiap kemelut?
1. Dengan bekerja secara UTUH dalam
setiap kemelut hidup orang-orang yang mengasihi-Nya.
Keutuhan
pekerjaan Allah itu tersirat dalam anak kalimat : ‘Allah turut bekerja dalam
segala sesuatu.’ Rasul Paulus menyatakan segala hal sama dengan penderitaan
zaman sekarang, misalnya sakit, kehilangan orang yang dikasihi, harapan tidak
tercapai, adalah satu paket yang Allah izinkan terjadi untuk mendatangkan
kebaikan bagi kita yang mengasihi Dia. Peristiwa-peristiwa dalam hidup
kita tidaklah terlepas satu dengan yang lainnya. Semuanya serasi, jalin
menjalin untuk membentuk keserupaan kita dengan Kristus. Ibarat seorang pelukis
yang mencampur berbagai warna untuk menghasilkan lukisan yagn indah. Segala
sesuatu diizinkan dan direncanakan Allah untuk tujuan-tujuan yang bijaksana.
Tidak sedetikpun ia meninggalkan campur tangan-Nya dalam hidup kita. Pada ayat
26-27, Paulus menguraikan mengenai pekerjaan Roh Kudus dalam hidup orang yang
mengasihi Tuhan.
2. Dengan bekerja secara AKTIF dalam
setiap kemelut hidup orang-orang percaya yang mengasihi-Nya
Orang-orang
yang mengasihi Allah akan melihat bahwa Allah selalu sibuk bekerja dalam segala
keadaan bahkan di dalam peristiwa-peristiwa yang paling menyakitkan hati kita. Misalnya, pengalaman hidup Yusuf.
Dia tidak bersalah tetapi harus dipenjara untuk sesuatu yang tidak ia lakukan.
Seandainya Yusuf dibela ketika dianiaya oleh saudara-saudaranya, dia tidak akan
jadi penguasa di Mesir. Andai Yusuf dibela ketika difitnah istri Potifar, dia
akan tetap jadi budak. Tetapi Allah mengizinkan semua kejadian tersebut. Memang
menyakitkan, tapi itu semua untuk kebaikan Yusuf dan bangsa Israel.
Allah mempunyai rencana yang mendatangkan kebaikan. Rencana ini
berlaku terbatas, tidak untuk umum. HANYA bagi mereka yang mengasihi Allah dan
yang dipanggil sesuai rencana-Nya atau dalam terjemahan asli : “orang-orang yang mengasihi Allah yang
menurut rencana Allah adalah orang-orang terpanggil. Roma 8:28 ini
dapat diterjemahkan sebagai berikut: “Tidak ada yang dapat merugikan mereka
yang sungguh-sungguh mengasihi Allah. Sebaliknya, segala hal yang menimpa
mereka akan membantu mereka untuk mencapai keselamatan karena hal itu
meneguhkan iman dan mengikat mereka erat-erat pada Kristus. Ialah yang membuat
segala sesuatu mendatangkan kebaikan karena Dialah yang berkuasa atas segala
sesuatu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar