Selasa, 02 Juli 2013

MENEMUKAN KEBAHAGIAAN (Matius 5:1-12)

Konon Tuhan memanggil tiga malaikat. Sambil memperhatikan sesuatu Tuhan berkata, “Ini namanya kebahagiaan. Ini sangat bernilai. Ini dicari dan diperlukan oleh manusia. Simpanlah di suatu tempat supaya manusia itu sendiri yang menemukan. Jangan di tempat yang terlalu mudah, sebab nanti kebahagiaan ini disia-siakan. Tetapi jangan pula di tempat yang terlalu susah sehingga tidak bisa ditemukan. Dan yang penting, letakkanlah kebahagiaan ini di tempat yang bersih.
*Daftarkan blog anda ke blog directory Technorati: My Claim Token :6S6QXFVPURDR
Ketiga malaikat itu langsung turun ke bumi untuk meletakkan kebahagiaan. Tetapi di mana meletakkannya? Malaikat pertama mengusulkan, “Letakkan di puncak gunung yang tinggi.” Tetapi yang lain kurang setuju. Malaikat kedua, “Letakkan di dasar samudera.” Yang lain pun kurang setuju. Akhirnya malaikat ketiga membisikkan usulnya, dan disepakati. Malam itu juga ketika semua orang sedang tidur, ketiga malaikat itu meletakkan kebahagiaan di tempat yang dibisikkan tadi.

Sejak hari itu kebahagiaan untuk manusia tersimpan rapi di tempat itu. Rupanya tempat itu cukup susah ditemukan. Dari hari ke hari, tahun ke tahun manusia terus mencari kebahagiaan. Kita semua ingin menemukan kebahagiaan. Kita ingin merasa bahagia. Tetapi di mana mencarinya? Ada yang mencari kebahagiaan sambil berwisata ke gunung, ada yang mencarinya di pantai. Ada yang mencari di tempat yang sunyi ada pula yang mencari di tempat yang ramai. Ada yang ingin bahagia lalu mencari pacar, ada yang mencari gelar. Ada banyak hal yang manusia lakukan untuk menemukan kebahagiaan itu. Ada yang menghubungkan kebahagiaan dengan pernikahan, padahal menikah tidaklah identik dengan bahagia. Juga kekayaan sering dihubungkan dengan kebahagiaan. Kita berpikir, alangkah bahagianya kalau kita punya barang ini dan itu. Tetapi ketika kita sudah memilikinya, kita tahu bahwa benda tersebut tidak memberi kebahagiaan. Kita ingin bahagia dan untuk itu kita menentukan beberapa ukuran atau kriteria. Tuhan Yesus juga mempunyai beberapa kriteria tentang kebahagiaan. Namun kriteria Yesus sangat berbeda dengan kriteria kita.

Dalam ucapan Bahagia yang dicatat di Matius 5:1-12, terlihat uniknya kriteria Yesus tentang kebahagiaan. Kita menganggap bahwa yang berbahagia adalah orang yang mempunyai banyak kemampuan di hadapan Allah atau orang yang unggul dalam urusan rohani. Tetapi Yesus berkata, “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah ...” (ayat 3, Yunani : ptohoi to pneumati = miskin dalam roh). Selanjutnya kita mengira bahwa yang berbahagia adalah orang yang tertawa lebar, namun Yesus berkata, “Berbahagialah orang yang berdukacita ...” (ayat 4). Demikian pula dengan ayat-ayat selanjutnya. Namun menarik untuk disimak sebuah ucapan bahagia yang dicatat di ayat 8, yaitu “Berbahagialah orang yang suci hatinya ...” (Yunani: katharoi te kardia = bersih di hati). Menurut Yesus, orang yang berbahagia adalah orang yang bersih dalam hatinya.

Bersih di sini mengandung arti tak tercemar atau tak dikotori. Bersih juga berarti tulus, murni atau polos. Kita memang selalu ingin tampak bersih. Kita tampil dengan wajah dan pakaian yang bersih. Piring dan sendok harus bersih, apalagi makanannya. Kita ingin kelihatan bersih, sebab itu kita membersihkan yang kelihatan. Yang kelihatan itu adalah bagian luar. Sebab itu kita seringkali tidak mengingat tentang hati yang bersih, sebab hati ada di dalam dan tidak kelihatan. Lalu apa faedah hati yang bersih? Tuhan Yesus berkata, “Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah” (ayat 8). Faedah hati yang bersih adalah bertemu dengan Allah.

Hati yang bersih memungkinkan kita melihat Allah. Itulah kebahagiaan! Kebahagiaan adalah bertemu dengan Allah. Kebahagiaan adalah melihat Allah. Syaratnya tidak banyak, cukuplah kalau kita datang dengan hati yang polos, yang tulus dan yang bersih. Bersih dari apa? Bersih dari benda-benda yang bisa mengotori motivasi pertemuan kita dengan Allah. Misalnya uang. Masih murnikah motivasi kita melayani atau beribadah kepada Tuhan jika di balik itu tersembunyi keinginan agar dengan beribadah dan melayani kita mendapat uang? Kita mengira bahwa uang adalah akar kebahagiaan sehingga banyak orang yang menghabiskan waktunya untuk mencari uang, padahal menurut Alkitab uang adalah akar kejahatan: “Akar segala kejahatan adalah cinta uang” (1 Tim. 6:10).

Kita ingin menemukan kebahagiaan. Kebahagiaan itu diletakkan oleh tiga malaikat secara rapi. Bukan di puncak gunung seperti diusulkan oleh malaikat pertama. Bukan pula di dasar samudera seperti usulan malaikat kedua. Melainkan di tempat yang dibisikkan oleh malaikat ketiga. Ia berbisik, “Kita simpan kebahagiaan itu di dalam hati manusia. Di hati yang bersih.”





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SIKAP HIDUP ORANG KRISTEN

Matius 7:1-12 .  Menarik untuk diperhatikan bahwa khotbah di bukit ini merupakan rangkaian khotbah yang sangat terstruktur. Di pasal 5 dan...