Selasa, 02 Juli 2013

MENYENANGKAN HATI ALLAH (Kejadian 6:1-22)


Salah satu maksud Allah menciptakan manusia adalah untuk menyenangkan hati Allah. Kerena itu Allah merancang manusia berbeda dengan ciptaan lainnya agar Ia dapat bersekutu dengan manusia. Point penting yang harus kita perhatikan dalam teks di atas adalah bahwa setiap orang percaya harus hidup menyenangkan hati Allah.

Nats Firman Tuhan dalam Kejadian 6 menunjukkan kepada kita 3 cara yang harus kita lakukan agar dapat menyenangkan hati Allah, yaitu :


1. Mengasihi Dia dengan sepenuh hati
Nuh mengasihi Allah dengan segenap hatinya. Ketika tidak ada seorangpun yang mengasihi Allah pada zamannya, Nuh tidak terpengaruh dengan keadaan dan kebiasaan mereka. Ayat 5,6,11,12 mencatat bahwa keadaan manusia zaman Nuh begitu rusak dan penuh dengan kejahatan sehingga kehidupan mereka mengecewakan dan memilukan hati Allah. Berbeda dengan kehidupan Nuh seperti diberitahukan ayat 9 bahwa ia seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya dan ia hidup bergaul dengan Allah.
Inilah yang menyenangkan hati Allah, memiliki hubungan pribadi dengan Allah, bergaul karib dengan Allah. Hubungan ini dapat tercipta karena Nuh mengasihi Allah. Pengalaman ini tidak dimiliki orang-orang sebangsanya karena pada dasarnya mereka tidak memiliki kasih kepada Allah, sebaliknya mereka hanya mempunyai kasih kepada diri sendiri sehingga mereka melakukan hal-hal yang menyenangkan diri mereka semata-mata.

Dalam kehidupan kita, ada banyak hal yang dapat mengalihkan kita dari mengasihi Allah, misalnya pekerjaan, keluarga, harta, hobby bahkan pelayanan kita. Jika hal-hal tersebut mulai mengalihkan hati kita, ingatlah hukum pertama dan terutama yang diberitahukan Tuhan Yesus “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap akal budimu” (Matius 22:37-38).

2. Mempercayai Dia dengan segenap hati
Nuh menyenangkan hati Allah dengan mempercayai Dia sepenuhnya. Ketika Allah memberitahukan rencana-Nya (ayat 13) untuk menghukum bumi dengan air bah, lalu di ayat 14-18 Allah menyuruh Nuh membuat bahtera agar ia dan keluarganya terhindar dari banjir besar itu, Nuh mempercayai semua perkataan Allah. Sebenarnya berita ini kurang masuk akal, apalagi tempat Nuh membuat bahtera bukan di daerah pantai melainkan di pegunungan. Sudah pasti Nuh menjadi bahan pergunjingan dan tertawaan orang-orang sebangsanya. Keadaan itu dapat membuat rasa percayanya kepada Allah menjadi kendor, tetapi Nuh tetap mempercayai Allah, apapun resiko dan tantangannya.
Sebagaimana Nuh mendapat tantangan, kita juga tidak luput dari tantangan-tantangan ketika kita berusaha mempercayai Allah. Terkadang keadaan-keadaan yang tidak menunjang, misalnya masalah ekonomi, kesehatan, rumah tangga, dll, membuat kita patah semangat dan putus asa. Tetapi apapun yang terjadi, Amsal 3:5 mengatakan “percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu.”

3. Menanti Dia dengan sepenuh hati
Ada 2 hal yang Allah perintahkan kepada Nuh, yaitu membuat bahtera sesuai dengan petunjuk Tuhan tentang ukuran-ukurannya, kayunya, dll dan menyelamatkan populasi binatang dari air bah yang melanda seluruh dunia. Ini membutuhkan perhatian besar terhadap logistik, dan rincian segala sesuatunya harus dikerjakan sama seperti yang Allah tentukan.
Ayat 22 menjelaskan: “Lalu Nuh melakukan semuanya itu tepat seperti yang diperintahkan Allah kepada-Nya, demikianlah dilakukannya.”
Tidak ada petunjuk yang diabaikan, dia menanti dengan tepat waktu, tidak ada keraguan dalam hatinya. Inilah ketaatan yang sepenuhnya, ketaatan yang radikal kepada Allah.

Beranikah saudara dan saya mengambil langkah ketaatan seperti Nuh dan tanpa berkata, “Tunggu dulu, saya pikir-pikir dulu” atau “nanti saja” dan alasan-alasan lainnya. Jalan ketaatan adalah jalan berkat, karena itu Nuh mendapat berkat Allah yang sebanding dengan ketaatan yang telah dilakukannya.

Marilah kita menunjukkan kehidupan kristen yang selalu menyenangkan hati Allah dengan mengasihi, mempercayai dan menanti Dia. Semuanya kita lakukan dengan sepenuh hati untuk Dia.






3 komentar:

SIKAP HIDUP ORANG KRISTEN

Matius 7:1-12 .  Menarik untuk diperhatikan bahwa khotbah di bukit ini merupakan rangkaian khotbah yang sangat terstruktur. Di pasal 5 dan...