Rabu, 31 Juli 2013

PENGAMPUNAN (Matius 18 : 21-35)

Injil Matius pasal 18 berisi hukum-hukum praktis tentang hidup jemaat. Bagaimana seharusnya jemaat bersikap dan memperlakukan sesama seiman. Roh Kudus menuntun Matius untuk mengumpulkan ucapan–ucapan (pengajaran) Yesus di berbagai tempat dan kesempatan lalu menyusunnya menjadi satu rangkaian pengajaran yang berfokus pada kehidupan jemaat yang dikehendaki Tuhan. Jika kita memperhatikan setting dari pengajaran yang disusun Matius di sini, alur pemikirannya adalah berhubungan dengan pengampunan. Inti atau konsep kebenaran dari Yesus yang terdapat disini adalah :


1. Kebesaran sesorang dalam Kerajaan Allah berbeda dengan kebesaran dalam dunia ini (ayat. 1-5).
Orang besar bagi Allah ditentukan oleh sikap hati seseorang,  yakni kerendahan hati dan ketergantungannya pada Tuhan.
Untuk membuat kebenaran ini hidup dan dipahami dengan mudah oleh pendengar-Nya, Yesus mengambil contoh seorang anak kecil (Yun, paidion, seorang anak di bawah umur 8 tahun). Perlu diketahui, bahwa issue “terbesar” dalam masyarakat Yahudi sangat penting. Mereka ketat dengan ukuran strata sosial. Mereka membedakan pandai dan bodoh, kaya dan miskin, tuan dan budak. Dalam acara-acara Yahudi tempat duduk diatur berdasarkan posisi yang terbesar. Itulah sebabnya Yesus berkata, kalau engkau diundang ke pesta jangan duduk di depan nanti datang orang yang lebih dari anda, akhirnya anda diminta duduk di belakang. Karena issue “terbesar”, berpengaruh bagi orang Yahudi, murid-murid Yesuspun berdebat “siapa yang terbesar di antara mereka” (Mark 9:34).


2. Penyesatan (Yun, skandalon) atau kesalahan pasti ada, tidak dapat dihindari (ayat 6-11).
Tapi kita semua diminta agar tidak menjadi penyebab dari orang berbuat salah. Kita dinasehati agar jangan mendatangkan kesalahan, kesesatan  “menganggap rendah seorang dari anak kecil.” Kata “anak kecil’ di ayat 6, 10, 14, (Yunani = mikroi”) berarti orang kecil, orang dewasa yang dianggap kecil karena miskin, bodoh. NIV menterjemahkan “little ones”. Tuhan Yesus mengatakan, orang kecil itu punya malaekat penjaga yang selalu menghadap Tuhan. Biasanya hanya orang penting saja (punya jabatan khusus) yang punya akses menghadap raja. Mungkin saja malaikat penjaga orang kecil adalah malikat yang punya kedudukan penting dalam surga. Jadi hati-hati, jangan menghina orang kecil.


3. Hati Bapa adalah hati yang merangkul, mencari dan menyelamatkan yang terhilang, tersesat atau salah jalan (ayat. 12-14).
Bapa di surga tidak menghendaki satu jiwa terhilang, sekalipun dia seorang yamg kecil menurut anggapan dunia. Tugas kita adalah tugas penyelamatan siapapun dan bagaimanapun buruknya seseorang, kita harus punya hati Bapa Surgawi. Setiap jiwa sama nilainya bagi Tuhan, baginya Kristus telah mati. Jangan berbuat dosa mengabaikan pelayanan kepada orang kecil atau arogan secara rohani. Tuhan memanggil kita bukan untuk mengkritisi, menilai, menghakimi, mempersalahkan orang yang bersalah melainkan menyelamatkannya. Tuhan mengajar kita agar yang lebih mulia mau memberi dan membagi kemuliaan pada yang kurang mulia. 1 Kor 12 : 21-26. baca.


4. Yesus mengajar kita bersikap persuasif dan konstruktif terhadap orang yang bersalah (ayat 14-20).
Bagaimanapun pendekatan itu, bergantung kepada sikap hati anda (ay. 3-5 ).  Karena anda punya otoritas “mengikat” dan “melepaskan”. Menarik untuk memperhatikan kata “pengampunan, mengampuni” dalam Alkitab berasal dari kata Yunani, “Aphiemi” (Ingg. Forgiveness),  berarti melepas (tali) ikatan, membiarkan pergi, membiarkan pergi bebas. Jadi sekalipun ada pendekatan formal 1,2,3 namun pendekatan formal tersebut bukanlah batasan. Perhatikan kata Yesus: jika ia tidak mau mendengarkan, “pandanglah dia sebagai orang yang tidak mengenal Allah atau pemungut cukai, alias belum bertobat. Jadi tugas kita melayani dan membuat ia bertobat bukan membuang atau menyisihkannya.

Pertanyaan Petrus dan jawaban Yesus yang disertai dengan perumpaan, memperjelas dan memberikan penegasan tentang keberanan-kebenaran yang diajarkan di atas, yakni, prinsip pengampunan tanpa batas.  Pengampunan tidak diukur dari besar, luas, dalam, lebar dan beratnya kesalahan seseorang. Pengampunan melampaui segala-galanya. Petrus mengajukan pertanyaan pada Yesus, mungkin Petrus terpikir dengan pernyataan Yesus dalam Luk 17:4 dan ia ingin mendapat penegasan kembali. Tetapi  jawaban Yesus diluar dugaan : 70 x 7 = 490. Wow, mungkinkah ada orang yang berbuat salah sebanyak ini dalam sehari (kalau konteksnya Luk 17:4) ? Untuk meredahkan ketegangan Petrus, Yesus menceritakan sebuah kisah tentang seorang Raja dengan hambanya yang berhutang 10 ribu talenta. Satu talenta sama dengan 6000 dinar. Satu dinar adalah upah sehari waktu itu. Kalau sekarang upah pekerja Rp 25.000 / hari maka 1 talenta sama dengan  Rp. 150 juta. 10.000 X 150.000.000 = Rp ………. hitung sendiri ..........

Perumpamaan Yesus memberikan pesan penting tentang pengampunan dan mengampuni. Kita mempunyai Raja yang punya belas kasihan yang besar. Betapun besarnya kesalahan kita, kalau kita datang dan mengaku pada-Nya pasti kita menerima pengampuanNya. Seperti hamba yang berhutang 10.000 talenta. Namun ada kisah sedih dalam perumpaan ini. Orang yang berhutang besar setelah mendapat pengampunan bertemu dengan “hamba lain” yang berhutang kepadanya hanya 100 dinar namun justru ditangkap dan dipenjarakannya tanpa belas kasihan. Raja mengetahuinya dan menganggap ini kejahatan besar ….. Perhatikan apa kata Raja: “Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau?”  Yesus adalah Raja dalam perumpamaan ini. Seluruh hidup Yesus menyatakan belas kasihan kepada orang berdosa. Dia datang mengumumkan kemurahan hati Bapa yang mengampuni dosa dan kesalahan manusia. “Maz. 103:12: “sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari pada kita pelanggaran kita.” Yesus datang memberikan pengampunan bagi yang berdosa.

Orang membawa kepada-Nya perempuan yang berdosa minta supaya dilontar dengan batu. Yesus menjawab, siapa di antara kalian yang tidak  berbuat dosa silahkan melempari wanita ini. Tak seorangpun yang berani sebab semua berbuat dosa. Yesus pun mengampuni wanita ini. Tujuan Yesus datang di dunia ini mencari dan menyelamatkan yang sesat bukan untuk menghukum. Dia datang mengadakan pendamaian atas dosa-dosa manusia, Dia menyerahkan diri-Nya serta mencurahkan darah-Nya untuk menebus, menanggung dosa manusia. Dan setelah bangkit dari antara orang mati, Dia mempercayakan tugas penting bagi murid-murid-Nya untuk memberitakan kabar pengampunan di dalam nama-Nya (Luk 24:47). Yesus menegaskan, untuk menjadi murid-Nya kita harus memiliki hati Bapa, hati Kristus. Bersedia mengampuni setiap orang (Mat. 18:25). Kita diselamatkan dan diutus bukan untuk mempersalahkan yang salah, menghukum, membuang, menyisihkan yang bersalah tetapi mencari, menyelamatkan dan memberikan pengampunan bagi mereka. Jadikan pengampunan dan mengampuni sebagai misi anda! Itu adalah amanat Kristus. Milikilah hati Kristus, hati yang mengampuni: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." Demikian doa Yesus di salib. Yesus mengajar murid-muridNya berdoa ...ampunilah kami akan kesalahan kami seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah pada kami...” (Mat. 6:12; baca Markus 11 :25,26). Akhirnya, Yakobus 5 :19,20 berkata : “Saudara-saudaraku, jika ada di antara kamu yang menyimpang dari kebenaran dan ada seorang yang membuat dia berbalik, ketahuilah, bahwa barangsiapa membuat orang berdosa berbalik dari jalannya yang sesat, ia akan menyelamatkan jiwa orang itu dari maut dan menutupi banyak dosa”.






Selasa, 30 Juli 2013

TUHAN SENANG, KITA SENANG (Imamat 1 : 1-9)

Prinsip korban dalam Imamat dan PL secara keseluruhan adalah menyenangkan hati Tuhan. Dalam perjanjian baru, korban PL digenapi dalam & oleh Kristus yang mempersembahkan diri-Nya sebagai korban yang sempurna, sekali untuk selamanya dan memuaskan/menyenangkan hati Tuhan.
Jika kita ingin menyenangkan hati Tuhan ada dua hal penting yang harus diperhatikan dalam Alkitab :
· Allah memandang hati.
· Allah mengutamakan relationship (hubungan), bukan ritual keagamaan.

Bill Brigth, seorang pemimpin rohani yang berpengaruh mengatakan, “Allah mencari orang-orang yang bersedia dibentuk oleh Roh Kudus untuk menjadi seperti Kristus. Dan ia membuat daftar apa yang disebutnya sebagai “Sonship character“ atau dapat juga disebut  “Sonship Attitude.“  (sikap hati seorang anak Tuhan sejati). Sonship attitude tersebut  sebagai berikut :

1. Walaupun diperlakukan kasar, dibenci, dicaci maki dan dikhianati, namun tidak  menjadi pahit.
Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu."(Mat. 5:11,12). Kristus adalah contoh yang terbaik (1 Petrus 2 : 23).  


2. Walaupun miskin, namun tidak suka mengeluh
Kemiskinan bukalah dosa. Bukan sesuatu yang luar biasa. Juga bukan bukti kekurangan iman atau ukuran iman sesorang . Kitab Ibr 11 menullis orang-orang miskin sebagai tokoh iman (11: 35b – 40). Ada banyak sebab kemiskinan. Dan yang dicela oleh Alkitab adalah kemiskinan yang disebabkan oleh kemalasan. Jika anda telah berusaha dan hidup anda belum beruntung, bersyukurlah, tetap berusaha dan percaya akan anugrah, Pemeliharaan-Nya dan kesanggupan-Nya untuk memenuhi kebutuhanmu. “Sukses bukan soal kekayaan, bukan soal kuasa, bukan soal kesehatan, bukan soal tercapainya sebuah cita-cita, bukan soal nomor satu, bukan soal bebas dari permasalahan. Bukan soal sesuatu yang bersifat materi melainkan sesuatu yang bernilai kekal.”
 “Lebih baik pergi ke surga dengan pakaian usang
Daripada ke neraka dengan pakaian dari sulaman.” (Thomas Fuller).

3. Walaupun kaya, namun tidak menjadi tamak
Allah senang umat-Nya diberkati, Allah berjanji membuka pintu-pintu langit dan mencurahkan berkat. Masalahnya ada banyak orang Kristen yang betul2 rohani kalau mereka miskin (banyak berdoa). Sebaliknya kalau ia jadi kaya lupa berdoa, tidak punya waktu ibadah. Pepatah Perancis berkata : ”Penderitaan menciptakan manusia. Kekayaan menciptakan monster.” Syukurlah banyak orang yang seperti Abraham diberkati dan menjadi saluran berkat. Mereka kekuatan besar bagi kerajaan Allah dan pelayanan dalam gereja lokal.


 4. Walaupun tidak mendapat balasan, namun tetap mengasihi
Yesus mengajar kita melakukan yang sulit yaitu mengasihi musuh. Apakah kita mengasihi mereka yang menggosipkan kita ?  Apakah kita mulai tidak menyukai orang itu sebab ia tidak menghargai kebaikan kita ? Apapun alasannya, Yesus menyuruh kita mengasihi (1 Yoh 4 :19-21).

5. Walaupun tidak terkenal, namun tidak mengasihani diri 
Mengasihani diri adalah penghancur kekuatan dan tenaga kita. Yesus tidak mengajar kita meratapi diri tetapi melihat diri kita sebagaimana Allah melihat. Kita adalah imam dan Raja, dipersiapkan untuk menerima kemuliaan Allah (Rom 8 :18; 2 Kor 4:16-18). Kita adalah orang besar, dikawal oleh pasukan balatentara surga. Mengapa ? Sebab kita anak  Allah – pangeran surga. Bergembiralah .....

6. Walaupun belum mencapai cita-cita, namun tetap puas dengan yang Tuhan telah berikan.
Ini adalah perjuangan iman dalam dunia yang tamak ini. 1 Tim 6:7-9 mengajar kita agar puas dengan yang ada. Jangan terjebak dalam nafsu kekayaan yang membinasakan. Filsafat Bolak balik  mengatakan : ”Masih muda, korbankan kesehatan cari harta; Sudah tua, korbankan harta cari kesehatan. Karena harta orang asing menjadi seperti saudara; Karena harta saudara jadi seperti orang asing. Orang kaya mampu membeli ranjang enak, tapi nggak bisa tidur enak (stress …).  Orang miskin nggak mampu beli ranjang enak, tapi bisa tidur enak (capek jadi kuli). Orang kaya punya duit buat foya-foya, tapi nggak punya waktu. Orang miskin punya waktu buat foya-foya, tapi nggak punya duit.  Masih muda pingin jadi kaya biar nikmati kekayaan. Udah kaya nggak punya waktu nikmatin kekayaan; sekali punya waktu buat nikmatin kekayaan, udah keburu tua nggak ada tenaga.” Bersyukurlah dan bijaklah mengelola apa yang kita dapat! Kata orang bijak; “Succses is to get whatever you want, happiness is to love whatever you got.”

7. Walaupun tinggal di tengah dunia yang gelap dan rusak, namun tetap hidup kudus.
Kita harus jadi seperti ikan laut. Walupun tinggal, makan dan minum di air asin, namun tidak menjadi asin. 1 Tes 4:1-7 mewajibkan kita hidup kudus karena kita dipanggil untuk hidup kudus.

“Tuhan memberikan lebih banyak berkat untuk hidup kudus daripada untuk talenta besar.
Seorang pelayan yang kudus adalah senjata yang dahsyat di tangan Tuhan.” (Madame G.).


8. Walaupun sering melihat kesalahan orang lain, namun tidak menghakimi.
Yesus melarang kita mengeritik / menghakimi orang dengan alasan apapun. Menghakimi adalah hak prerogatif Allah. Kita diminta untuk mendoakan, menasehati, menolong, membimbing orang yang bersalah bukan menghakiminya. (Mat 7 : 1,5). Ketika orang membawa perempuan yang berzinah pada Yesus, ia berkata : ”Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu."  Yesus melarang keras murid-murid-Nya menghakimi.

9. Walaupun di tengah sorak tepuk tangan pujian orang banyak, namun tetap rendah hati.
” Seorang yang cakap namun rendah hati  seperti perhiasan yang nilainya sama dengan sebuah kerajaan” (Wiliam Pene).

10. Walaupun berulang kali jatuh, namun tetap bangkit (2 Kor 4:7-9).
Kemungkinan gagal dan jatuh terbuka bagi siapa saja dan telah menjadi pengalaman semua orang. Jika ditanya semua orang yang sukses, mereka semua berkata pernah bahkan berulang kali mengalami kegagalan. Namun jika gagal dan jatuh, bangkit dan coba lagi. Jangan pernah menyerah. Anda ditopang oleh tangan Tuhan ( Maz 37: 23,24; Ams. 24:16 ). Yang luar biasa, sikap hati keputraan ini (Sonship character) bukan saja membuat hati Allah senang, tetapi juga membuat hati orang percaya  AMAN & TENTRAM. Orang yang tidak percaya, kondisi hatinya fluktuatif bergantung pada situasi. Sebaliknya orang percaya kondisi hatinya stabil, dipelihara oleh damai sejahtera yang melampaui segala akal, karena bergantung kepada Allah yang selalu dapat diandalkan.







Sabtu, 27 Juli 2013

BERKAT DI BALIK KEMELUT (Roma 8:29-30)

Setelah kota London terbakar, raja Inggris menugaskan seorang arsitek besar bernama Christofer Ramm membangun kembali gereja St. Paul yang megah. Ukiran yang besar dan bagus dipasang kira-kira 8 meter tingginya dari tanah. Ada seorang yang mengukir salah satu hiasan di situ dan berdiri pada tempat yang tinggi dari gereja itu. Ia sedang memandang hasil ukirannya yang baru saja selesai. Tetapi secara tak sadar, ia memandangi ukiran itu sambil berjalan mundur setapak demi setapak sampai berada di ujung papan pembatas. Jika ia mundur setapak lagi, ia pasti jatuh dan mati. Seorang rekannya melihat bahwa posisi temannya sangat berbahaya. Dia bermaksud menolong, tetapi jika ia berteriak memperingatkan kemungkinan teriakannya akan membuat rekannya malah jatuh. Akhirnya tidak ada cara lain selain ia mengambil kuas seorang yang sedang mengecat dinding dan merusak ukiran tersebut. Pada waktu ukiran itu kena cat, si pengukir amat marah dan langsung menghampiri rekannya yang merusak ukirannya dan bermaksud memukulnya. Tetapi rekannya itu menunjukkan tempat si pengukir itu berdiri. Akhirnya, si pengukir sadar bahwa rekannya telah menyelamatkan nyawanya.

Demikian juga dengan Allah kita. Kadang Ia “merusak” gambaran yang kita idam-idamkan, mengambil orang yang kita cintai dan mengizinkan hal-hal yang sulit dalam hidup kita. Cara Tuhan seringkali melawan logika dan cara pikir manusia, tatapi justru cara itu adalah cara terbaik yang mendatangkan kebaikan buat kita. Dari teks pembacaan kita dalam Roma 8:26-30, ada kebenaran penting yang dapat kita ambil yaitu bahwa Allah mempunyai rencana yang mendatangkan kebaikan dalam setiap kemelut hidup orang-orang yang mengasihi-Nya. Pada ayat-ayat sebelumnya kita menemukan bahwa semua makhluk berada dalam kondisi mengeluh dan sakit seperti sakit bersalin (ay. 18). Inilah gambaran kondisi kemelut hidup yang harus dilalui oleh segala makhluk, temasuk kita yang telah menerima karunia Allah.

Dalam ayat 26-30, Paulus memberitahukan bahwa Allah masih mengontrol kehidupan anak-anak-Nya untuk mendatangkan kebaikan. Dalam menanggapi kata kebaikan diri, kita cenderung menafsirkan dari sudut pandang kesenangan jasmani (bebas dari penyakit, punya uang cukup, dll). Padahal justru dalam konteks ini Paulus menguraikan secara tepat dalam ayat 29, yaitu untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya. Keserupaan dengan Kristuslah yang dimaksud dengan kebaikan di sini. Dalam 1 Yoh. 2:6 dikatakan: “Barang siapa mengatakan bahwa ia ada di dalam Dia, ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.”

Bagi Paulus, segala sesuatu yang menjadikannya lebih menyerupai Kristus itu baik. Tanpa memperhatikan dampak terhadap kenyamanan ataupun kesenangannya. Kenyataannya, keserupaan dengan Kristus tidak selamanya berarti hidup makmur di tengah-tengah kesenangan materi. Karena itu Paulus menekankan berita penting ini dengan satu kalimat: Allah mempunyai rencana yang mendatangkan kebaikan dalam setiap kemelut hidup orang-orang yang mengasihi-Nya.
               
Bagaimana cara Allah mendatangkan kebaikan dalam setiap kemelut?

1. Dengan bekerja secara UTUH dalam setiap kemelut hidup orang-orang yang mengasihi-Nya.
Keutuhan pekerjaan Allah itu tersirat dalam anak kalimat : ‘Allah turut bekerja dalam segala sesuatu.’ Rasul Paulus menyatakan segala hal sama dengan penderitaan zaman sekarang, misalnya sakit, kehilangan orang yang dikasihi, harapan tidak tercapai, adalah satu paket yang Allah izinkan terjadi untuk mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihi Dia. Peristiwa-peristiwa dalam hidup kita tidaklah terlepas satu dengan yang lainnya. Semuanya serasi, jalin menjalin untuk membentuk keserupaan kita dengan Kristus. Ibarat seorang pelukis yang mencampur berbagai warna untuk menghasilkan lukisan yagn indah. Segala sesuatu diizinkan dan direncanakan Allah untuk tujuan-tujuan yang bijaksana. Tidak sedetikpun ia meninggalkan campur tangan-Nya dalam hidup kita. Pada ayat 26-27, Paulus menguraikan mengenai pekerjaan Roh Kudus dalam hidup orang yang mengasihi Tuhan.
  
2. Dengan bekerja secara AKTIF dalam setiap kemelut hidup orang-orang percaya yang mengasihi-Nya
Orang-orang yang mengasihi Allah akan melihat bahwa Allah selalu sibuk bekerja dalam segala keadaan bahkan di dalam peristiwa-peristiwa yang paling menyakitkan hati kita. Misalnya, pengalaman hidup Yusuf. Dia tidak bersalah tetapi harus dipenjara untuk sesuatu yang tidak ia lakukan. Seandainya Yusuf dibela ketika dianiaya oleh saudara-saudaranya, dia tidak akan jadi penguasa di Mesir. Andai Yusuf dibela ketika difitnah istri Potifar, dia akan tetap jadi budak. Tetapi Allah mengizinkan semua kejadian tersebut. Memang menyakitkan, tapi itu semua untuk kebaikan Yusuf dan bangsa Israel.

Allah mempunyai rencana yang mendatangkan kebaikan. Rencana ini berlaku terbatas, tidak untuk umum. HANYA bagi mereka yang mengasihi Allah dan yang dipanggil sesuai rencana-Nya atau dalam terjemahan asli :  “orang-orang yang mengasihi Allah yang menurut rencana Allah adalah orang-orang terpanggil. Roma 8:28 ini dapat diterjemahkan sebagai berikut: “Tidak ada yang dapat merugikan mereka yang sungguh-sungguh mengasihi Allah. Sebaliknya, segala hal yang menimpa mereka akan membantu mereka untuk mencapai keselamatan karena hal itu meneguhkan iman dan mengikat mereka erat-erat pada Kristus. Ialah yang membuat segala sesuatu mendatangkan kebaikan karena Dialah yang berkuasa atas segala sesuatu.



KUNCI KEBERHASILAN (Nehemia 1-7, 13)

Pada zaman Nehemia, bangsa Israel mengalami penjajahan oleh bangsa Persia. Sebagian besar orang-orang Israel diangkut ke Persia dan dijadikan sebagai pekerja. Masih ada orang Israel yang terhindar dari penawanan dan tetap tinggal di Yerusalem namun keadaan mereka sangat menyedihkan. Disebutkan bahwa mereka berada dalam kesukaran besar dan dalam keadaan tercela. Tembok Yerusalem terbongkar dan pintu-pintu gerbangnya telah terbakar (1:3).

Nehemia yang bekerja sebagai juru minuman raja Persia, Artahsasta, mendengar hal itu dan ia sangat bersedih dan berkabung akan keadaan saudara-saudaranya di Yerusalem. Ketika mendengar itu, timbul keinginan dalam hati Nehemia untuk menolong bangsanya dan membangun kembali tembok Yerusalem yang telah rusak. Itu bukanlah suatu pekerjaan ringan karena mereka (Nehemia & bangsanya) adalah orang-orang tawanan yang sudah tentu tidak memiliki biaya yang cukup untuk pekerjaan tersebut. Namun itu tidak menghalangi tekad Nehemia untuk membangun kembali bangsanya yang sedang mengalami masa-masa keterpurukan. Pada akhirnya Nehemia mampu mewujudkan keinginannya itu.

Apa yang dilakukan oleh Nehemia sehingga ia berhasil melakukan pekerjaan besar itu?
  
1. Berpuasa & Berdoa (1:4).
            Hal pertama yang dilakukan oleh Nehemia ketika mendengar bahwa saudara sebangsanya mengalami kesukaran besar bukanlah duduk merenung dan hanya bersedih saja tetapi yang dilakukannya adalah berpuasa dan berdoa. Nehemia tahu bahwa ia tidak mampu sendiri untuk menolong saudaranya itu sebabnya dia datang kepada Tuhan memohon belas kasihan Tuhan atas bangsanya. Kesungguhan Nehemia untuk menolong bangsanya didengarkan oleh Tuhan.

2. Kepedulian terhadap Sesamanya (1:1-2:8)
            Nehemia bukanlah seorang yang egois dan mementingkan diri sendiri (5:18). Sebagai juru minuman raja, Nehemia berada pada posisi yang cukup nyaman. Namun hal itu tidaklah membuat Nehemia lupa akan saudaranya, ia tetap mengingat dan peduli kepada saudara sebangsanya.

3. Organisator yang Baik (2:11-20; 3; 4)
            Proyek yang ditangani Nehemia adalah proyek besar dan membutuhkan seorang yang mampu mengorganisir para pekerja dan juga dana dengan baik agar proyek pembangunan tersebut berhasil. Dan Nehemia mampu memimpin dan mengatur orang-orang sebangsanya untuk melakukan pekerjaan besar membangun kembali tembok yang telah rusak (psl 3). Ketika ada ancaman dari Sanbalat, Nehemia berhasil mengatasinya dengan strategi pertahanan yang baik (psl 4). Di bawah kepemimpinan Nehemia, tidak ada perselisihan dan protes terhadap pengaturan Nehemia, semua bekerja dengan baik sesuai porsi kerja masing-masing.

4. Berani Menegakkan Keadilan (5:1-18)
            Ketika Nehemia mendengar bahwa di antara orang-orang Yehuda sendiri terjadi ketidak-adilan, Nehemia berani untuk menuntut keadilan kepada para pemuka dan penguasa di Yerusalem. Banyak orang ketika melihat ketidakadilan, mereka hanya diam saja karena takut  akan mengancam posisi mereka. Tetapi Nehemia tidak hanya diam saja, dia dengan berani angkat bicara dan akhirnya orang-orang Yehuda yang merampas milik sesamanya mengembalikan rampasan mereka dan mereka kemudian bekerja sama kembali.

5. Peka terhadap Keadaan (6:1-19)
            Sebuah proyek besar akan menghadapi tantangan yang besar juga. Demikian pula dengan proyek yang dikerjakan oleh Nehemia. Ada pihak-pihakyang tidak senang dengan pembangunan tersebut dan berusaha untuk menghalangi, sekalipun orang-orang tersebut kelihatannya bersahabat. Mereka mengajak Nehemia untuk berunding  namun Nehemia memiliki kepekaan sehingga ia tahu maksud mereka yang sebenarnya mau mencelakakan Nehemia.

6. Menjaga Kekudusan (psl 13)
            Ketika pembangunan tembok Yerusalem telah selesai, kepemimpinan Nehemia terganggu oleh pihak-pihak yang tidak setia terhadap hukum Tuhan. Mereka mencemari rumah Tuhan (ay. 4-8), melanggar kekudusan hari Sabat (ay 18), dan melakukan kawin campur (ay 23-25). Namun Nehemia menentang semua itu dan menegakkan kembali hukum Tuhan di tengah-tengah bangsa Israel. Nehemia tidak hanya berhasil membangun kembali tembok Yerusalem, dia juga berhasil menjadi seorang pemimpin yang disegani.






Jumat, 26 Juli 2013

HAMBA (Matius 24 :45 – 51)

Yesus mengutarakan cerita ini dalam hubungan dengan peristiwa-peristiwa eskatologis. Tidaklah berlebihan untuk menganggap bahwa kisah ini lebih diperjelas dalam perumpamaan tentang Talenta. Kalau dalam cerita Talenta disebutkan 3 hamba yang mendapat modal kerja berbeda-beda. Dalam teks kita Yesus membagi hamba - hamba dalam dua kelompok. Pertama, hamba yang baik. Kedua, hamba yang jahat. Tidak ada abu-abu. Jadi dalam pandangan Allah manusia itu  hanya terdiri atas dua kelompok. Yang masuk surga dan yang masuk neraka, yang selamat dan yang akan binasa, yang baik dan yang jahat. Sebab memang hanya ada dua tempat Surga atau Neraka. Hanya ada dua jalan, lebar dan sempit.  

Marilah, kita belajar bagaimana menjadi hamba yang baik. Sudah tentu kita semua ingin diterima dan disambut dalam kekekalan dengan pujian dan penghargaan. Dan hal ini hanya terjadi jika kita sekalian benar-benar hidup sebagai hamba yang baik. Hamba yang sejati adalah:

1.    SEORANG YANG TIDAK PUNYA HAK ATAS DIRINYA
Metafor “Hamba” populer digunakan dalam Alkitab untuk menggambarkan peran aktif (bukan posisi) umat Tuhan dalam pelayanan. Seorang hamba tidak punya wewenang lagi atas dirinya sebab ia telah dibeli oleh pemiliknya. Hidupnya bukan miliknya lagi. Demikian juga anda dan saya sebagai umat Tuhan. Firman Allah berkata di dalam Kristus hidup kita telah dibeli dengan harga yang mahal dan lunas dibayar oleh Kristus (1 Kor 6:20; 1 Petr.1:18,19). Jadi hidup anda bukan milik anda lagi melainkan milik Tuhan Yesus - Dia mau agar kita memuliakan Dia dengan seluruh keberadaan kita.

2.    SEORANG PEKERJA / PELAYAN
Tidak ada hamba yang menganggur, semua hamba punya tugas / pekerjaan yang diberikan atau dipercayakan tuannya kepadanya. Kalau ia menganggur itu bukan hamba. Semua anak Tuhan adalah “HAMBA” Tuhan. Jadi anda harus hidup sebagai seorang hamba - bekerja dan melayani Tuhan sesuai dengan kapasitas anda.

3. SEORANG YANG DIATUR / TUNDUK PADA OTORITAS
Tidak ada hamba yang memilih, mengatur, dan menentukan jenis pekerjaan sesuai keinginannya. Semua hamba tahu bahwa ia diatur dan  tunduk pada otoritas. Ia tidak akan menolak jika tuannya menyuruh melakukan pekerjaan, apapun pekerjaan tersebut. Sebab kemuliaan dan kebesaran serta nilai seorang hamba terletak pada ketundukan pada tuannya. Hamba yang demikian mendapat pujian dan penghargaan dari tuanya.

4.     SEORANG YANG PUNYA MAJIKAN / PEMIMPIN
Tidak ada hamba freelance. Tidak ada hamba non-majikan. Tidak ada hamba professional / berdiri sendiri dalam Firman Allah. “ Pelayanan tanpa penaklukan diri pada otoritas kepemimpinan (penggembalaan) adalah melayani diri sendiri, melayani ego pribadi, melayani kehendak, ambisi dan nafsu manusianya yang arogan. Pelayanan Perjanjian Baru beroperasi di bawah kepemimpinan - penggembalaan.

Orang yang tidak mau berada di bawah kepemimpinan, melanggar FIRMAN. Sebab Allah mengangkat pemimpin dalam gereja-Nya dan memerintahkan umat-Nya untuk tunduk dan menghormati pemimpinnya. Jika anda tidak punya gembala / pemimpin rohani, anda sedang mendurhaka kepada Tuhan. Saya respek dengan semua hamba Tuhan tetapi saya tidak tertarik dengan mereka yang non-majikan. Ingat, menurut Tuhan Yesus, keterlibatan anda secara aktif dalam melayani : berdoa kencang, bernubuat, mengusir setan, mengadakan banyak mujizat, tidak menjamin anda diterima dan disambut di sorga (Mat. 7 :21-23). Kuncinya adalah apakah anda melakukan kehendak Allah atau tidak.

Ada 3 kehendak yang beroperasi di dunia ini : 1. Kehendak Allah.  2. Kehendak Setan. 3. Kehendak manusia. Musuh yang paling berat bukanlah setan tetapi diri sendiri. Banyak orang terjebak dengan kehendaknya sendiri. Anda akan dihakimi dan pekerjaan anda akan diuji berdasarkan kebenaran Firman Allah yang tertulis ( Yoh. 12:48,49). Pastikanlah bahwa anda melayani dibawah kepemimpinan penggembalaan. Pilihlah satu gereja yang Alkitabiah dan bergabunglah dengan gereja tersebut, dedikasikan diri anda untuk melayani Tuhan dengan taat dan setia dibawah kepemimpinan penggembalaan, itulah hamba yang baik dan berkenan kepada Tuhan.

5. HAMBA AKAN MENERIMA PENGHARGAAN JIKA MELAKUKAN PEKERJAAN TEPAT SEPERTI KEINGINAN TUANNYA
 "Siapakah hamba yang setia dan bijaksana, yang diangkat oleh tuannya atas orang-orangnya untuk memberikan mereka makanan pada waktunya?  Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya” (ay. 45-47) .






Membangun Kembali Bait Suci (Hagai 2:1b-15)

Kitab Hagai berisi peringatan yang disampaikan secara umum kepada seluruh rakyat Israel yang kembali dari pembuangan. Selama bertahun-tahun mereka kembali dari pembuangan dan sampai pada saat peringatan ini diberikan mereka ternyata tidak memperhatikan Bait Suci, Bait Suci tetap dalam bentuk reruntuhan akibat invasi negara asing ke Israel. Rakyat Israel sibuk mengurus diri dan keluarga mereka masing-masing dan tidak ada semangat untuk membangun kembali Bait Allah yang rusak. Keadaan inilah yang membuat mereka satu bangsa berada dalam keadaan miskin, panen mereka gagal dan mereka mengalami penderitaan yang besar. Dalam keadaan demikian Allah melalui nabi Hagai mengingatkan mereka akan kesalahan mereka, yaitu bahwa selama itu mereka telah mendahulukan kepentingan mereka dibanding mengutamakan Tuhan (Hagai 1:3-11).

Pada zaman Hagai, pembangunan Bait Suci lebih mengarah kepada Bait Suci secara fisik, namun saat ini, peringatan ini datang kepada kita agar kita lebih lagi memperhatikan bangunan Bait Suci secara rohani. Secara fisik, bangunan kita sudah bagus, namun apakah bangunan rohani kita sudah berdiri dengan megah? Ataukah masih ada reruntuhan di sana sini yang belum dibereskan? Allah menginginkan keindahan Bait Suci kita secara rohani (pribadi dan pelayanan). Allah ingin kita lebih lagi bangkit dan bekerja untuk memperindah bangunan rohani kita sehingga Tuhan berkenan hadir dalam bangunan itu dan memberikan berkat-berkat-Nya.

Dari pembacaan kita, ada 4 hal yang harus kita miliki untuk bangkit membangun bangunan rohani kita supaya tidak menjadi reruntuhan :

1. Ketetapan Hati / Komitmen (2:5 - ... kuatkanlah hatimu....)
Ketika kita mempunyai suatu rencana untuk melakukan sesuatu, tentu saja kita tidak bisa mengerjakannya tanpa ada komitmen untuk melakukannya sesuai aturan2 yang ada. Tuhan berkata kepada bangsa Israel : kuatkanlah hatimu.... Dari kata-kata ini terlihat satu ajakan Tuhan kepada Israel untuk memiliki ketetapan hati (komitmen) dalam membangun kembali Bait Suci. Tuhan menginginkan mereka memiliki semangat kembali.

Demikian pula dalam pelayanan kita. Agar kita bisa memiliki bangunan rohani yang megah, maka pertama-tama harus ada ketetapan hati / komitmen. Komitmen merupakan semacam ikatan yang akan menolong kita untuk terus berjalan dalam rencana dan pekerjaan kita sesuai dengan aturan yang ada. Tanpa komitmen kita akan melakukan pekerjaan/pelayanan kita asal-asalan, yang penting jadi. Tanpa komitmen pula kita tidak akan memiliki disiplin diri yang sangat penting untuk diri sendiri dan pelayanan.

2. Kesatuan (2:5 - hai Zerubabel..., hai Yosua..., hai segala rakyat negeri...)   
Dalam membangun Bait Suci, Allah menginginkan adanya kesatuan dari seluruh rakyat Israel. Itu sebabnya Tuhan tidak hanya berseru kepada pemimpin2 Israel tetapi kepada seluruh rakyat Israel. Allah menginginkan kesatuan dari umat-Nya (Mat. 18:20; Jika dua orang dari padamu ... sepakat meminta ... akan dikabulkan oleh Bapa). Ada satu ungkapan sekuler : Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Hal itu pula terjadi dalam pelayanan kita. Jika kita mau pelayanan kita berjalan dengan baik, harus ada kesatuan. Membangun pelayanan menjadi sangat baik bukan tanggung jawab pemimpin saja tetapi seluruh jemaat tanpa kecuali.

3. Tindakan (2:5 - ...bekerjalah....)
Tuhan adalah seorang pekerja. Dari mulanya dunia ini diciptakan Allah tidak pernah berhenti bekerja sampai sekarang. Itu sebabnya Allah menyuruh orang Israel untuk bekerja dengan tekun dalam membangun Bait Suci. Komitmen dan kesatuan tidak akan ada gunanya tanpa disertai dengan tindakan. Jika kita mengharapkan hasil yang maksimal kita harus bekerja dengan tekun. Jangan jadi pemalas!! Jangan hanya tahu menyuruh tetapi ketika diminta bekerja, tidak mau. Kalau kita mau bangunan pelayanan kita berdiri dengan megah, marilah kita bekerja bersama-sama dengan tekun.

 4. Kekudusan (2:11-15)
Ketika bangsa Israel diperintahkan untuk membangun kembali Bait Suci ternyata ada orang-orang yang tidak menjaga kekudusan yang ikut dalam pembangunan tersebut, sehingga Tuhan kembali memperingatkan orang Israel karena orang2 itu akan mencemari Bait Suci Tuhan.

Demikian pula dengan pelayanan kita saat ini. Sekalipun kita sudah memiliki komitmen, kesatuan dan tekun bekerja tetapi kita tidak menjaga kekudusan di hadapan Allah, maka pelayanan kita akan sia-sia. Tuhan tidak akan memberkati pelayanan kita karena dilakukan dalam ketidak-kudusan. Allah adalah kudus, dan Dia tidak mau tinggal dalam bangunan yang tidak bersih dan tercemar dengan dosa.  “... kejarlah kekudusan sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan” (Ibrani 12:14b).

Marilah kita bangkit untuk membangun pelayanan kita dengan komitmen dan kesatuan, lalu bekerjalah sambil terus menjaga kekudusan hidup kita. Tuhan pasti akan memberkati kita dan pelayanan kita akan berkembang dengan luar biasa untuk kemuliaan nama-Nya.




Kamis, 25 Juli 2013

Kemerdekaan Oleh Roh (Roma 8:1-17; 2 Kor 3:17,18)


Manusia beragama yang paling militan sekalipun tidak dapat lepas dari ego, orientasi duniawinya. Ego itu akan membuat semangat keagamaan akan menjadi fanatis eksklusifisme yang destruktif alias brutalisme. Hanya ada satu jalan bagi manusia untuk terbebas dan merdeka dari hukum pembinasaan dan kebinasaan yaitu, oleh ROH KUDUS.

Kebenaran yang disampaikan dalam Roma 8 ini adalah kunci hidup yang berkemenangan bagi orang yang percaya. Kemerdekaan dikerjakan oleh Roh Kudus dalam diri orang percaya. Roh kudus tinggal di dalam diri setiap orang percaya yang lahir baru. Dan kemerdekaan hidup Kristen yang sesungguhnya hanya dimungkinkan oleh karya Roh Kudus.

1.  Kemerdekaan dari Dosa dan Maut (Ay. 1-4)
Dosa adalah masalah yang paling serius dalam dunia dan penyebab dari semua penderitaan dan kekacauan. Dosa selalu berakibat maut “sebab upah dosa ialah maut” (Roma 6:23). Dosa dan maut tidak pernah terpisahkan. Namun, melalui kematian Kristus dan karya Roh Kudus, kekuatan dosa dan maut itu telah dikalahkan. Orang yang hidup oleh Roh dimerdekakan dari dosa dan maut. Tuntutan penghukuman karena dosa telah ditiadakan bagi mereka.

2.  Kemerdekaan dari “kedagingan” (Ay. 5-11)
“Kedagingan” adalah perseteruan dengan Allah dan kedagingan tidak taat pada Allah (ay. 7 ; Gal 5 : 16-22.). Orientasi kedagingan hanya pada perkara-perkara duniawi (ay.5). Itu sebabnya, orang yang hidup dalam kedagingan tidak mungkin berkenan kepada Allah (ay.8 ). Semua keinginan daging cenderung menjadi cobaan yang membawa kekecewaan dan kesengsaraan hidup (Yakobus 1:13-15) dan Firman Allah berkata semuanya itu akan lenyap (1 Yoh 2 :16,17). Roh Kudus akan memimpin orang percaya dan mengarahkan pikirannya pada hal-hal surgawi dan mematahkan keinginan daging (ay. 10 ) serta memberikan hidup surgawi bagi kita (ay. 13). Itulah sebabnya mengapa kita diperintahkan untuk mencari dan mengarahkan pikiran kita ke atas di mana Kristus ada (Kol 3:1,2). Roh Kudus memusatkan perhatian orang percaya pada Tuhan Yesus Kristus (Yoh 14: 26; 15:26).

3.  Membebaskan Kita dari Keterbatasan Insani (ay. 11,6)
Manusia terbatas dalam segala hal. Tubuhnya begitu rapuh, dibanding dengan ciptaan lain manusia sangat kecil dan lemah. Sebenarnya, makhluk yang paling rewel dan memusingkan di bumi ini adalah manusia. Dan semua makhluk di dunia ini mengalami penderitaan karena manusia dan mengharapkan kelak akan terjadi pembaharuan, pemuliaan manusia di mana mereka juga akan menikmatinya (ay.20-22).

Kondisi “tubuh” manusia yang fana ini melalui kuasa yang membangkitkan Kristus dari antara orang mati ialah Roh Kudus. Tubuh fana kita menerima pemulihan, kekuatan, dorongan dan semangat. Kita diminta penuh dengan Roh Kudus jangan mabuk oleh anggur (Ef. 5:18). Sebab Roh Kudus memulihkan semangat dan kegairahan hidup. Roh yang memberi hidup dan “Damai Sejahtra” (ay.6). Roh yang menjadikan kita hidup sebagaimana layaknya “anak-anak Allah.” Roh Kudus menjadikan hidup anda bersemangat.

4.  Kemerdekaan dalam Ibadah (ay. 15-17; 26-28)
Roh Kudus memberikan kebebasan menghampiri Tuhan, berdoa dan menyebut Allah itu sebagai “Bapa.” Kata “Abba” adalah bahasa Aram yang tidak dipakai oleh orang Yahudi untuk Bapa di surga. Karena Abba adalah kata yang digunakan dalam hubungan anak dengan bapaknya. Namun dalam Kristus kita menjadi Anak Allah dan berhak memanggil Allah adalah Bapa secara langsung. 

Dalam zaman Perjanjian Lama, umat Tuhan tidak memiliki kebebasan untuk menghadap Tuhan. Mereka harus melalui mediator (pengantara ) atau imam. Tetapi dalam Kristus, tahta Allah menjadi “tahta kasih karunia” (Ibr 4:16) dan kita dapat menghampiri Allah kapan saja, dengan cara apa saja dan di mana saja. Kita merdeka untuk menyembah Tuhan oleh Roh Kudus dalam roh dan kebenaran. Roh Kudus akan membantu kita dalam doa dan penyembahan serta kesaksian kita bagi Dia (ay. 26,27). Tidak ada kendala dan batasan untuk berdoa dan menyembah Tuhan oleh Roh Kudus.



 6S6QXFVPURDR

MENJADI MUJIZAT (Galatia 6 : 1-10)


Tommy Barnet menulis buku dengan judul “Mujizat di tangan anda.”  Dalam buku tersebut ia mengulas banyak tentang mujizat yang tidak bersifat spektakuler yang Tuhan taruh di tangan kita. Banyak kali kita hanya berpikir pada mujizat yang besar dan mengabaikan hal-hal yang kecil di tangan kita. Apapun yang ada di tangan kita mempunyai potensi menjadi mujizat jika diserahkan kepada Tuhan menjadi alat kemuliaan-Nya. Dalam teks di atas, kita diajak & ditantang untuk menjadi tangan Tuhan yang terulur bagi dunia khususnya sesama seiman. Kita sering membatasi pikiran kita pada Tuhan sebagai pembuat mujizat, kita lupa bahwa banyak mujizat yang dikerjakan Tuhan, dikerjakan-Nya melalui tangan manusia. Marilah kita lihat apa yang Firman Tuhan katakan dalam teks kita.

1.  Tanggung Jawab Moral Orang Percaya

a.  Menolong mereka yang jatuh dalam dosa (ay. 1)
Kemungkinan berbuat salah terbuka bagi setiap orang. Tugas kita bukan menghakimi, mengkritik, menggosipkan, menjelekkan tetapi menolongnya. Menolong orang yang jatuh adalah gaya hidup orang ”yang rohani”, penuh Roh Kudus. Orang rohani harus ”memimpin” orang yang jatuh, maksudnya membuat mereka dalam keadaan baik. Seperti tukang bangunan yang memperbaiki bangunan yang rusak atau seorang dokter mengobati pasiennya. Pada saat yang bersamaan kita diingatkan agar tetap waspada terhadap berbagai kemungkinan jebakan dosa.

b.  Menolong mereka yang menanggung beban (ay.2)
”Beban” adalah suatu kesulitan yang dialami sebagai akibat dari sesuatu peristiwa, kejadian dan sebagainya. Ayat ini       pasti punya hubungan dengan apa yang disebutkan di atas. Dan prinsip kebenaran yang terdapat di sini adalah menerapkan ajaran kasih Kristus dalam perbuatan nyata secara tulus dalam segala kebersamaan. Sebab kebanggaan dan nilai hidup kristiani terletak pada apa yang dilakukannya (ay.3,4). Dan masing-masing kita harus memikul ”tanggungannya” maksudnya, tugas pelayanan yang dipercayakan Tuhan kepada kita masing-masing.


c.  Menolong hamba-hamba Tuhan (ay. 6)
Prinsip ini telah diletakkan Allah sejak dahulu pada jaman Perjanjian Lama. Yesus meneruskan prinsip ini dalam  gereja-Nya (1 Kor 9 :14 bd. Mat 10 10; Luk 10:7). Rasul-rasul mengajarkannya dalam setiap jemaat. Apa yang diajarkan di sini merupakan ajaran Alkitab sepenuhnya (PL-PB). Jemaat punya kewajiban dan tanggung jawab untuk menopang hidup jasmani hamba-hamba Tuhan. Apapun yang anda lakukan untuk seorang hamba Tuhan ( benar-benar hamba Tuhan bukan gadungan, kredible dan keberadaanya jelas dapat dipertanggungjawabkan) anda telah melakukannya untuk Kristus.


2.    Bimbingan Moral ( Prilaku Pelayanan) Orang Percaya

a.  Peringatan atas sikap ceroboh (ay.7)
Ini merupakan peringatan atas sikap melakukan sesuatu yang berhubungan dangan tiga kebenaran tersebut di atas dengan tidak tulus. Meremehkan suatu perbuatan kebaikan. Sikap ini sama dengan merendahkan Allah dan Firman-Nya.

b.  Hukum tabur  - tuai (ay.8)
Prinsip ini ditetapkan Allah sejak awal dan harus disadari dan diperhatikan setiap umat Tuhan. Kita akan menuai apa yang kita tabur bukan saja jumlahnya tetapi jenisnya. Menabur dalam hawa nafsu menuai kebinasaan. Menabur dalam Roh menuai kehidupan.

c.  Dorongan untuk tetap berbuat baik (menabur) - ay. 9.
”Jemu”, sama dengan melalaikan. ”Menjadi lemah” – kehilangan semangat, kehabisan tenaga. Kita diingatkan jangan terjadi demikian. Pahala, keuntungan, berkat bagi setiap orang yang berbuat kebaikan kepada sesamanya pasti akan diterimanya. Janji ini pasti terjadi pada ”waktunya”.

d.  Berbuat baik hanyalah satu kesempatan yang terbatas sekali (ay. 10.)
Jika anda mengabaikan  ”kesempatan” ( Kairos – waktu yang genting dan terbatas) sekarang untuk berbuat baik, melayani, bersaksi, beribadah, siapa yang menjamin besok kesempatan yang sama seperti hari ini masih ada ? Jika anda dapat melukakan sesuatu yang baik hari ini untuk Tuhan dan sesama lakukanlah itu hari ini sebab mungkin besok tidak ada lagi. Dan ketahuilah, setiap perbuatan baik yang anda lakukan bagi sesama dalam kebutuhannya, itu adalah mujizat bagi orang itu. Jadilah mujizat bagi setiap orang dalam kebutuhannya. Kiranya, peran kita jemaat Talitakum sebagai tangan Tuhan yang terulur lebih nampak dan dirasakan oleh sesama kita  sebagaimana yang kita telah lakukan melalui bansos Talitakum bagi korban banjir di kota Palopo.

Rabu, 24 Juli 2013

Siapkah Anda Menyambut Kedatangan-Nya? (1 Tes. 5:1-22)


Kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali adalah ajaran Alkitab yang paling populer. Para nabi sebelum Yesus lahir lebih banyak berbicara tentang kedatangan Tuhan Yesus dalam kemuliaan daripada kelahiran-Nya. Yesus dalam pengajaran-Nya berulang kali mengatakan bahwa Dia akan pergi dan kembali lagi. Dia menjadikan kedatangan-Nya sebagai berita penghiburan dan dorongan untuk murid-murid-Nya percaya dan hidup bagi Dia. Malaekat pada kenaikan Yesus ke surga dan para Rasul dalam pemberitaan Injil mereka meneguhkan bahwa Yesus akan datang kembali menjemput orang yang percaya dan memerintah dunia ini. Sejak janji ini diberikan oleh Yesus, janji ini telah menjadi dambaan dan harapan umat Tuhan sepanjang zaman. 

2000 tahun telah berlalu, dan sudah barang tentu kita berada pada waktu yang lebih dekat dengan peristiwa penggenapan janji tersebut. YESUS AKAN DATANG SEGERA! Apakah anda telah siap? Ini sebuah pertanyaan besar bagi gereja. Adalah sia-sia menjadi seorang Kristen, sia-sia semua ibadah, doa dan pengorbanan kita, jika tidak diselamatkan pada waktu Tuhan Yesus datang pada kali yang kedua. Dalam Firman Tuhan di atas kita diingatkan akan peristiwa besar ini agar kita  bersiap bertemu dengan TUHAN YESUS KRISTUS.

1.   Kesiapan Menyambut Kedatangan Tuhan ( Ay. 1-11 )
Ayat 1-11 membagi orang percaya dalam dua kelompok. Mereka yang siap dan mereka yang tidak siap. Inti beritanya, berjaga-jaga.” Sebab ada banyak orang percaya yang tidak bersiap, mereka terbawa oleh arus dunia ini, mabuk akan kesenangan dunia dan tertidur secara rohani. Berjaga-jaga, pesan yang Yesus berulang kali katakan kepada murid-murid-Nya. Cerita Yesus tentang 10 anak darah (Mat 25:1-13) merupakan kebenaran yang harus diperhatikan semua orang percaya. Jangan sampai anda membiarkan kehidupan rohani padam. Kita diperintahkan untuk “Berbaju zirahkan iman dan kasih serta berketopongkan pengharapan keselamatan.” (Ay. 8). Baju zirah melindungi dada, ketopong melindungi kepala. Dalam arti rohani, hati harus dijaga kekudusannya dan pikiran anda harus diarahkan senantiasa pada perkara-perkara surgawi dimana Kristus ada (Kol 3:2-4). Jangan mabuk perkara duniawi, jangan terjerat di dalamnya (Luk 21:34,35; Rom 13 : 11-14). Saling mendorong, menasehati dan mendoakan. Karena kita diselamatkan bukan untuk ditimpa murka (ay.9). Sebab Tuhan Yesus akan datang seperti pencuri, tidak diketahui (ay 2,3). Yesus mengingatkan murid-murid-Nya seperti pada zaman Nuh dan Sodom Gomora demikian juga pada hari kedatangan-Nya (Luk 17 :26-31).

2.  Cara Menyiapkan Diri Menyambut Kedatangan Tuhan
Menghormati para pemimpin rohani (ay.12,13a). Ini adalah perintah Tuhan. Tuhan yang mengangkat gembala, dan tidak menghormati pemimpin rohani merupakan pendurhakaan kepada Tuhan. Firman Allah berkata gembala adalah “tangan kanan”,  “biji mata” Tuhan. Memperlakukannya secara tidak hormat berarti mengorek biji mata Tuhan.  Berdamai dengan sesama seiman (ay. 13b). Jangan sampai ada perselisihan yang tidak diselesaikan pada saat Tuhan Yesus datang. Dalam ay. 14,15 ada tiga tanggungjawab yang dipercayakan Tuhan kepada semua umat Tuhan (gembala & jemaat). Ini menyatakan bahwa kita harus peduli satu dengan yang lain  agar jangan seorangpun di antara kita yang akhirnya binasa. Pertama, menasehati yang hidup tidak disiplin (tidak taat). Kedua, menguatkan orang yang tawar hati. Ketiga, menolong orang yang lemah.  Kita juga diingatkan, untuk sabar terhadap semua orang dan jangan membalas kejahatan dengan kejahatan. Ganti dari membalas kita diperintahkan Yesus untuk mendoakan, memberkati dan melayani mereka (Luk 6:27-29; Roma 12:19-21).

3.   Tanda-tanda Anak Tuhan yang Bersiap (ayat. 16-8)
“Bersukacitalah  senantiasa.” “ Tetaplah berdoa.” “Mengucap syukurlah dalam segala hal…” Ketiga hal ini menjadi ciri dan gaya hidup anak-anak Tuhan yang siap dan menunjukkan seorang anak Tuhan yang sehat secara rohani.  Seseorang tidak dapat bersukacita, berdoa dan mengucapkan syukur senantiasa kalau ada permusuhan, kecemburuan, kedengkian, amarah dan sebagainya. Anak Tuhan  mempunyai alasan yang sangat kuat untuk tetap bersukacita, berdoa dan bersyukur sebab Tuhan kita Elsyaddai, Jehova–Jireh,  sangat mengasih kita. Janji-Nya akan menyertai kita senantiasa. Pertolongan bagi kita selalu tersedia dan tidak pernah terlambat. Untuk tetap sehat secara rohani, kita diingatkan, “Jangan padamkan Roh.”  “Jangan anggap rendah nubuat-nubuat.” (berita Firman Tuhan dan penyataan langsung dari Roh melalui karunia-karunia Roh). “Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.”  “Menjauhkan diri dari segala jenis kejahatan.” (ay. 19-22).


Berjalan Mengikut Yesus (Markus 10:28-30)


Kekristenan bukanlah sebuah agama atau suatu model pengajaran, tetapi kekristenan lebih kepada suatu gaya hidup yang berorientasi kepada satu pribadi yang bernama Yesus Kristus. Jika kita mengatakan bahwa hidup kita berorientasi kepada Kristus dan kita adalah pengikut-Nya maka kita wajib hidup sama seperti Kristus hidup (1 Yoh. 2:6). Banyak orang yang mengatakan bahwa dia adalah pengikut Yesus (Kristen) tetapi pada kenyataannya hidupnya bertolak belakang dengan hidup Kristus. Karena itu jika kita mengklaim diri kita adalah pengikut Yesus maka kita harus mengikuti jejak-jejak Yesus.

Lalu apa arti/makna sesungguhnya mengikut Yesus dan apa dampaknya bagi kita?

1. Arti  kata “Mengikut”
Arti kata mengikut dalam bahasa Indonesia adalah turut serta dengan seseorang, mengiring dan menyertai orang tersebut. Makna yang lain yang lebih dalam adalah memperhatikan gerak gerik seseorang, mempelajari gaya hidupnya dan meniru atau ikut melakukan sesuatu yang orang tersebut lakukan.
Dalam budaya Timur Tengah, seorang murid secara harafiah akan berada di belakang gurunya baik waktu berjalan maupun waktu menunggang keledai. Sangatlah tidak sopan bagi seorang murid untuk berjalan di sebelah gurunya apalagi berada di depan. Dan dalam pemikiran umat Israel di zaman Perjanjian Lama, mengikuti seseorang berarti mengiringi, menaati, mencintai, menyerahkan dan mengabdikan diri pada orang yang diikuti. Contoh Elisa (1 Raja 19:19-21).

Jadi jikalau kita mengatakan seseorang sedang mengikut Yesus maka itu berarti orang tersebut sedang mengabdikan dirinya dengan penuh penyerahan diri, kasih dan ketaatan kepada Yesus. Dia akan melakukan apa yang Yesus lakukan dan menjauhi apa yang Yesus tidak lakukan. Pernyataan Petrus dalam pembacaan kita (ayat 28: “Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!”) dilatarbelakangi oleh pemikiran seperti itu.

Menarik untuk disimak bahwa kata “meninggalkan” yang digunakan oleh Petrus ditulis dalam bahasa Yunani yang menggunakan keterangan waktu yang menunjuk kepada suatu perbuatan yang dilakukan sekali tetapi berlaku untuk selamanya. Sedangkan kata “mengikut” ditulis dengan menggunakan keterangan waktu yang menunjuk kepada suatu perbuatan yang dilakukan terus sebagai suatu proses yang panjang dan berlangsung terus. Petrus dan murid yang lain telah meninggalkan keluarga dan seluruh harta mereka dan tidak akan kembali lagi ke masa lalu mereka. Mereka akan terus mengikuti Yesus dan mengabdikan hidup mereka kepada Yesus.

Dalam pengabdian mereka itu, muncul sebuah pertanyaan di mana Petrus seolah-olah sedang berkata : kami sudah mengabdikan hidup kami sepenuhnya kepada-Mu lalu bagaimana dengan masa depan kami? Apa yang akan kami peroleh? (ayat 28: Mat 19:27). Yesus paham dengan pikiran Petrus dan mungkin saja murid2 yang lain. Kemudian Yesus menjawab dengan pernyataan2 yang mengandung pengharapan akan dampak atau akibat atau hasil mengikut Dia.

2.  Dampak / Hasil Mengikut Yesus
a.  Perubahan diri sendiri / kehidupan (ay. 29,30a).
Ketika kita mengikut Yesus, mungkin kita akan ditolak oleh keluarga kita, namun kita akan memperoleh keluarga yang baru yaitu keluarga Allah. Keluarga yang semula diartikan sempit, kini memperoleh pengertian yang luas: ayah ibu yang baru, saudara2 yg baru, anak yang baru. Dan hal ini terjadi / digenapi dalam gereja mula-mula.
Perubahan lain, orientasi hidup yang dulunya kepada diri sendiri beralih ke kalangan yang lebih luas di luar diri sendiri. Kecenderungan memiliki dan mengumpulkan harta menjadi kesediaan melepas harta. Yang kita kejar bukan lagi kesuksesan melainkan ketaatan. Dan yang mendominasi pikiran kita bukan lagi kehendak kita melainkan kehendak Bapa.

b.   Kesulitan / Masalah / Penganiayaan (ay. 30b)
 Yesus selama di dunia ini tidak pernah mengumbar janji-janji manis dan kemudahan bagi setiap orang yang mengikut Dia. Sebaliknya, Yesus malah menunjukkan akibat-akibat yang akan diterima. Berkali-kali secara terang-terangan Yesus menegaskan bahwa jalan hidupnya berisi banyak penderitaan. Itu pulalah yang akan dialami setiap orang yang mengikut Dia.
 Berjalan di belakang Yesus tidak hanya ada senyum dan tawa tetapi akan ada lebih banyak air mata, bahkan terkadang ada ketakutan dan rasa was-was. Yesus tidak pernah mengiming-imingi pengikut-pengikut-Nya dengan hal-hal yang indah saja atau keuntungan-keuntungan besar, sebaliknya Dia mengatakan: pengikut-Nya akan dibenci (Mat. 10:22); pengikut-Nya harus menjual harta dan membagi-bagikannya kepada orang lain (Mrk 10:21) dan bahwa Yesus selama hidup di dunia ini Dia hidup dalam penderitaan (Luk. 9:58). Namun setelah berhasil melewati semua masalah dan penderitaan, Yesus menjanjikan sesuatu yang sangat indah.

c.   Hidup Kekal (ay. 30 c)
 Inilah keuntungan besar dan janji yang sangat indah yang tidak ada bandingnya yang didapatkan oleh setiap pengikut Yesus. Kehidupan kekal dan kebahagiaan kekal bersama dengan Yesus di surga. Hidup kita di dunia ini bukanlah tujuan akhir kita karena tujuan akhir hidup kita adalah kekekalan. Kita tidak berasal dari dunia karena kewargaan kita yang sebenarnya adalah surga kekal.

Marilah kita terus menjadi pengikut Kristus yang sejati. Itu semua bukan tanpa resiko tetapi jangan takut Yesus berjanji untuk terus menyertai kita sampai akhir zaman.





SIKAP HIDUP ORANG KRISTEN

Matius 7:1-12 .  Menarik untuk diperhatikan bahwa khotbah di bukit ini merupakan rangkaian khotbah yang sangat terstruktur. Di pasal 5 dan...